TEMPO.CO, Bandung - Sejumlah tokoh seniman dan sastrawan di wilayah Jawa Barat selatan memilih untuk tidak menyalurkan suaranya atau golput dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat kali ini. Padahal, sejumlah pasangan memiliki latar belakang seniman, seperti Dedi Mizwar dan Rieke Diah Pitaloka.
Mereka menilai tidak ada satu pun pasangan calon yang bisa membawa perubahan Jawa Barat ke arah yang lebih baik. Seperti halnya yang diungkapkan perupa dan satrawan, Acep Zamzam Noor. "Sikap saya tidak jauh beda dengan pilkada sebelumnya (golput)," ujarnya, Kamis, 14 Februari 2013.
Acep mengaku dirinya sempat menjatuhkan pilihan ke salah satu pasangan. Namun, niat untuk mendukung pasangan tersebut urung dilakukan. Alasannya karena, sistem korupsi di lingkungan pemerintahan setelah mereka terpilih masih akan tetap terjadi. Bahkan, modus korupsi juga tidak akan berbeda dengan yang saat ini banyak terjadi.
Menurut sastrawan yang mendapatkan penghargaan South East Asian (SEA) Write Award dari Kerajaan Thailand ini, timbulnya korupsi itu diakibatkan karena keberadaan tim sukses dan partai politik pendukung. Mereka akan meminta jatah baik proyek maupun jabatan setelah calon yang diusungnya menjadi kepala daerah, sebagi balas jasa. "Harusnya tim sukses itu dibentuk seperti event organizer saja. Jadi, mereka lebih profesional seperti acara hajatan. Setelah beres, mereka langsung bubar," ujarnya.
Kampanye golput ini biasa dilakukan para seniman dan sastrawan dengan menggelar karnaval golput, seperti halnya pada Pilkada Tasikmalaya. Acara karnaval dan pagelaran seni itu biasanya digelar pada minggu tenang menjelang pencoblosan. "Kita lihat saja nanti. Kalau memungkinkan kita akan melakukan karnaval golput lagi," ujar Acep.
Hal sama juga dilontarkan, Godi Suwarna. Menurut sastrawan Sunda yang juga seniman teater ini, dirinya tidak simpati ke seluruh pasangan calon yang bertarung dalam pemilihan Gubernur Jawa Barat ini.
Alasannya karena mereka memasang atribut kampanyenya di setiap pohon yang ada di pinggir jalan. Godi menilai penempelan atribut kampanye di pohon itu menunjukan bahwa setiap calon gubernur tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan. "Mereka memiliki karakter tidak peduli orang lain sakit, yang penting sukses," ujarnya.
SIGIT ZULMUNIR
Berita Terpopuler Lainnya:
Demokrat Daerah Mulai Tinggalkan Anas
Ini Dialog Terakhir Annisa Azwar dan Sopir Angkot
SBY Komentari Pembocor 'Sprindik' Anas
Cabut Paraf, Pandu Terancam Sidang Etik
Kata Farhat Abbas Soal Anas Urbaningrum