TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengakui pemerintah kesulitan menurunkan tingkat kemiskinan. "Di negara mana pun, ada dua hal yang terjadi dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Makin berhasil mengurangi kemiskinan di saat-saat terakhir, makin sulit untuk menurunkannya lagi," kata SBY, dalam pembukaan Rapat Kerja Pemerintah, Senin, 28 Januari 2013.
Langkah-langkah pemerintah menurunkan kemiskinan, menurut SBY, bisa berhasil dengan cepat saat tingkat kemiskinan Indonesia diturunkan dari sekian puluh persen menjadi belasan persen. "Tetapi dari belasan persen ke single digit (di bawah 10 persen) itu susah, maka diperlukan langkah ekstra," katanya.
Sebagai gambaran, berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tingkat kemiskinan desa dan kota pada September 2011 mencapai 12,36 persen. Nilai ini berhasil diturunkan menjadi 11,66 persen pada September 2012, sedikit meleset dari target sebelumnya sebesar 11,5 persen. Untuk tahun 2013, pemerintah menurunkan tingkat kemiskinan menjadi 9,5 sampai 10,5 persen.
Sebenarnya, SBY menambahkan, kesulitan menurunkan tingkat kemiskinan ke digit tunggal tersebut juga dialami oleh negara-negara yang ekonominya sedang bertumbuh, seperti Cina, India, dan Brasil. Tak hanya sulit menurunkan kemiskinan ke digit tunggal, negara-negara yang sedang bertumbuh ini juga mengalami masalah kesenjangan sosial. "Yang punya pertumbuhan ekonomi tinggi seperti Cina, India dan negara kita jadi emerging economies maka kesenjangan sosial juga makin terjadi," katanya.
Karena itu, SBY meminta para kepala daerah untuk menjalankan roda pemerintahannya lebih fokus dalam penurunan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan ekonomi. Perlu ada langkah serius, terintegrasi, dan tersinergi antara pusat dan daerah agar angka kemiskinan dan kesenjangan bisa diturunkan. "Kalau terus menjalankan business as usual, maka tidak akan ada yang lebih baik," katanya.
ARYANI KRISTANTI