TEMPO.CO, Surabaya - Alisa Wahid, putri Abdurrahman Wahid, mengungkapkan kekhawatiran almarhum semasa hidupnya terhadap masa depan Indonesia. Menurutnya, jauh sebelum meninggal, Gus Dur banyak menyampaikan hal menakutkan yang kini terjadi dan menimpa Indonesia.
Salah satunya adalah konflik horizontal yang banyak melanda berbagai daerah di Indonesia yang dikait-kaitkan dengan isu agama. Selain itu, banyak peraturan daerah yang sudah cenderung tidak mau lagi memikirkan soal kesejahteraan rakyat.
"Apa yang dikhawatirkan Gus Dur terhadap Indonesia kini telah terjadi, politisasi agama dan keadilan sosial," katanya, saat menghadiri acara bertajuk " A Tribute to Marthin Luther King Jr and KH Abdurrahman Wahid: Legacies of Pluralism, Diversity and Democracy" di Ballroom Hotel Sheraton Surabaya, Selasa, 22 Januari 2013 di Hotel Sheraton Surabaya.
Gus Dur, kata Alissa, paling menolak gerakan sektarian. Gus Dur pernah menulis sebuah buku yang menceritakan gerakan-gerakan yang bisa membahayakan Indonesia. Bahwa 20 hingga 30 tahun lagi gerakan itu bisa membahayakan Indonesia masuk dalam konflik horizontal yang dihubungkan dengan agama, seperti yang terjadi di Afganistan, bisa saja terjadi di Indonesia.
Menurutnya, Gus Dur memang banyak dikenal di berbagai kalangan sebagai tokoh yang gigih memperjuangkan hak asasi manusia, pluralisme, perdamaian, toleransi, dan demokrasi. Namun lebih dari itu, Gus Dur ingin membangun semangat dan prinsip universal, keadilan, dan kesetaraan. "Yang diperjuangkan Gus Dur itu bukan soal minoritasnya, tetapi pada prinsip universal, keadilan, dan kesetaraan yang jadi utama," kata Alissa.
Meski demikian, ia tetap optimistis dengan kondisi yang menimpa dan yang telah terjadi di Indonesia, semua itu ada masanya, katanya. Indonesia memang pada dasarnya beragam, tinggal prinsip apa saja yang bisa menjadi panduan itu yang harus dicari.
SONY WIGNYA WIBAWA