TEMPO.CO, Jakarta - Calon hakim agung, Muhammad Daming Sunusi, menyatakan pernyataan kontroversialnya saat uji kelayakan di depan Komisi Hukum DPR karena ketegangan yang luar biasa. "Saya mengakui saya bersalah, saya sangat menyesal. Tapi itu lepas kontrol," kata Daming saat ditemui di kantor Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Mahkamah Agung, Selasa, 15 Januari 2013.
Dia beralasan tak pernah merasakan tekanan seberat saat uji kelayakan kemarin. "Bahkan, saat ujian doktoral, hanya berhadapan dengan sembilan orang, kalau kemarin sangat banyak," kata doktor hukum dari Universitas Padjadjaran ini.
Ia memaparkan, salah satu penyebab rasa tegangnya itu karena dirinya tidak dapat menduga pertanyaan yang mungkin dilontarkan dari anggota Komisi Hukum. Meski mengklaim sudah mempersiapkan diri dengan baik, pertanyaan anggota Komisi Hukum sangat sulit karena berasal dari pelbagai disiplin ilmu.
Mantan Panitera Muda Kamar Perdata MA ini juga memaparkan, pernyataan kontroversialnya tersebut keluar tanpa disadari. Ia mengklaim hanya ingin melepaskan ketegangan saat menjawab pertanyaan anggota Komisi Hukum yang sangat banyak. Pada saat itu, menurut dia, dirinya sedang berpikir sangat keras, sehingga pada saat ditanya mengenai kasus pemerkosaan, jadi hilang kendali.
Selama menjadi hakim sejak 1984, ia mengklaim baru satu kali memegang sidang kasus pemerkosaan pada saat menjadi hakim di sebuah pengadilan negeri. Dalam sidang itu, pelaku terbukti melakukan tindak pidana pemerkosaan sehingga dijatuhi hukuman penjara selama lima tahun. "Menurut saya sendiri, pemerkosaan adalah kejahatan keji," kata dia.
Sebenarnya, uji kelayakan dan kepatutan calon hakim agung bukan yang pertama kali bagi Daming. Mantan Ketua Pengadilan Tinggi Banjarmasin ini tercatat sudah tiga kali mengikuti uji seleksi calon hakim agung. Pertama kali ia ikut pada tahun 2010, tetapi tidak sampai uji kelayakan karena gugur dalam seleksi di Komisi Yudisial. Sedangkan, pada 2011, dirinya berhasil lolos hingga tahap uji kelayakan Komisi Hukum, namun tidak terpilih sebagai hakim agung.
Akibat pernyataan kontroversialnya yang menyebut, "yang diperkosa dengan yang memperkosa, sama-sama menikmati", itu, Ketua Pengadilan Tinggi Palembang ini menuai hujatan dari berbagai lapisan masyarakat.
FRANSISCO ROSARIANS