TEMPO.CO, Pamekasan - Pihak Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, membantah status rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) yang disandang membuat sekolah ini abai terhadap siswa tidak mampu. "Setiap tahun, kami menerima siswa miskin," kata Kepala Sekolah SMAN 1 Pamekasan, Basyoir, Jumat, 11 Januari 2013.
Namun, Basyoir mengakui, tidak sembarangan menerima siswa miskin. Pihaknya mencari sendiri dan menyeleksi calon siswa miskin. Hanya yang berkemampuan akademis dan punya catatan prestasi yang baik yang akan diterima sebagai siswa RSBI. "Hingga kini, ada 150 siswa miskin yang kami terima."
Biaya sekolah gratis ratusan siswa miskin itu bersumber dari dana bantuan pemerintah setiap tahun sebesar Rp 100 juta. Sebanyak 65 persen dana itu ditujukan untuk biaya operasional sekolah, sementara sisanya untuk siswa miskin.
Jika RSBI benar-benar dihapus, SMAN 1 Pamekasan tidak akan mengubah kebijakan soal penerimaan siswa miskin dan akan tetap menerapkan sistem RSBI yang sudah berjalan selama ini. Hanya, Basyoir mengakui, dihapusnya RSBI akan membuat beban operasional di sekolahnya akan semakin besar karena bantuan dana pemerintah juga dihentikan. "Kami masih memikirkan solusi untuk mengatasi biaya operasional yang tinggi."
MUSTHOFA BISRI