TEMPO.CO , Jakarta: Usai nonton bareng film Habibie & Ainun yang dihadiri sejumlah petinggi Partai Demokrat, mantan Presiden RI ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie, didapuk memberi wejangan singkat.
Wejangan itu disampaikan dalam jumpa pers yang digelar dengan wartawan di Lounge XXI, Episentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan.
Selain ada Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, juga ada Bendahara Umum Partai, Sartono Hutomo, dan Wakil Sekretaris Jenderal, Ramadhan Pohan dan Saan Mustopa. Juga sutradara film Habibie & Ainun, Fauzan Rizal.
Lalu, apa yang dikatakan Habibie di hadapan para petinggi Partai Demokrat ini? Selain menceritakan perjalanan cinta hingga kebiasaan hidup Habibie sebagai negarawan, seperti yang juga tercermin dalam film Habibie & Ainun, Habibie pun berbicara soal gratifikasi.
Menurut Habibie, gratifikasi merupakan hal yang biasa terjadi pada orang yang memegang kekuasaan. Hanya keimanan dan nilai taqwa yang akan mendorong orang jauh dari penyimpangan atas kekuasaan tersebut.
Menurut Habibie, proses pengadaan barang dan jasa di pemerintahan harus terbebas dari praktek korup. Setiap penguasa harus bisa menghindari diri dari penyimpangan.
Hal inilah yang telah dilakukannya selama menjadi Menteri Riset dan Teknologi di zaman orde baru. "Bagaimana saya mau objektif kalau dalam satu tender saya pilih kasih," kata dia.
Habibie pun bercerita soal percobaan suap yang ia terima saat mengembangkan industri pesawat terbang nasional. Saat itu, seorang pengusaha mendekatinya dan menawarkan macam-macam: jam mewah, wanita, dan uang.
Kisah ini juga terekam dalam film yang bersumber dari novel yang ditulis langsung oleh Habibie. Dalam film itu Habibie dengan tegas menolak semua bentuk gratifikasi itu. "Itu semua benar, itu benar terjadi," kata Habibie.
IRA GUSLINA SUFA