TEMPO.CO, Indramayu - Ribuan itik yang mati di Indramayu dinyatakan positif karena flu burung. Isolasi itik yang hidup dan penyuluhan kepada peternak pun dilakukan dinas peternakan setempat.
"Kematian itik tersebut positif disebabkan flu burung. Kami sudah melakukan rapid test," kata Kepala Seksi Pemeriksa Kesehatan Hewan (PKH) Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Indramayu, Dian Daju, Senin, 7 Januari 2013.
Dian menjelaskan, dari populasi sekitar 3 ribu itik di Desa Arahan Kidul Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu, ada sekitar 1.700 itik yang mati dalam sepekan di awal Januari ini.
Untuk mencegah meluasnya kematian itik lebih luas, Dian mengungkapkan pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah. Di antaranya dengan melakukan biosecurity di kandang-kandang milik peternak. "Untuk itik yang masih sehat segera diisolasi, tidak boleh berkeliaran secara bebas," katanya.
Tidak hanya itu, kata Dian, pihaknya pun memberikan penyuluhan kepada peternak untuk penanggulangan jika terjadi flu burung. "Termasuk memberikan pengertian kepada mereka untuk tidak menjual dan memberikan unggas yang sakit kepada siapa pun," katanya.
Sebab, pihaknya mendengar jika ada beberapa anak kecil yang meminta itik yang sakit dan diberikan oleh peternak. "Kami takutnya itik tersebut dikonsumsi," katanya.
Karena itu, pihaknya pun bekerja sama dengan dinas kesehatan melalui puskesmas setempat untuk mengawasi dan memantau perkembangan kesehatan di desa tersebut.
Sementara itu, seorang peternak di Desa Arahan Kidul, Sodikin, menjelaskan jika hanya dalam kurun waktu dua hari ia sudah kehilangan 200 itik peliharaannya. "Kini itik saya tinggal 500 ekor," katanya.
Dijelaskan Sodikin, itik miliknya mulai menggelapar dan kemudian mati pada Jumat dan Sabtu pekan lalu. "Tiba-tiba saja menggelepar dan akhirnya mati," katanya.
Sejak awal Sodikin sudah menduga jika kematian itik peliharaannya diakibatkan flu burung. Karena itu, Sodikin tetap meminta kepada dinas terkait untuk ikut memantau perkembangan penyakit flu burung di daerahnya.
IVANSYAH