TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian menduga kuat para pelaku aksi teror di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, adalah para pendatang yang kemudian mempengaruhi masyarakat lokal.
"Indikasinya dari pelaku teror yang berhasil kami tangkap," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, Kamis, 3 Januari 2013.
Boy mengatakan para pendatang tersebut sebagian berasal dari Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Di Bima, Densus Antiteror pernah menggerebek Pesantren Umar Bin Khattab. Namun Boy tidak bersedia memastikan kelompok pendatang di Poso itu merupakan para alumni Pesantren Umar Bin Khattab tersebut.
"Saya tidak bisa katakan mereka alumni ya, tapi terkait dengan itu," kata Boy.
Serentetan aksi teror pernah terjadi di Poso, mulai dari peledakan bom, penembakan polisi, serta pembunuhan polisi. Tercatat, sudah enam polisi tewas pada tahun lalu. Dua orang meninggal dengan leher tergorok di Tamanjeka, Kecamatan Poso Pesisir pada September. Dan empat polisi tewas tertembak di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, pada 20 Desember lalu.
Densus Antiteror pun sudah menangkap belasan terduga teroris di Poso. Mereka di antaranya Natsir alias Cecep, Rahmat alias Amat, Sutomo bin Sudarto alias Muhammad Yasin (47), Riyadi alias Mas Riad, Sugiyanto Latif alias Papa Latif, Agus alias Solihin, Muhrin, dan Sony Hermawan alias Pakde. Ada lagi dua orang tewas tertembak bernama Jipo alias M Khoiri alias Ibeng dan Abdul Khalid (27). Sebagian dari mereka berasal dari Bima.
Boy mengatakan para pendatang dari luar tersebut yang berusaha mempengaruhi dan menanamkan pemahaman mereka kepada kelompok pemuda di Poso. Kemudian mereka menggelar pelatihan teror.
"Untuk itu, Kami akan melibatkan partisipasi masyarakat untuk mengatasi aksi teror di sana," kata Boy.
RUSMAN PARAQBUEQ