TEMPO.CO, Yogyakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, pemerintah Indonesia terus berupaya memperkuat kapasitas masyarakat lokal dalam menghadapi bencana dengan memanfaatkan lembaga desa. Dia mengatakan itu saat meresmikan pembukaan "Konferensi ke-5 Tingkat Kementerian Asia untuk Mereduksi Risiko Bencana" di Jogja Expo Center, Selasa, 23 Oktober 2012.
Presiden menjelaskan, dalam banyak kasus bencana di Indonesia, pemerintah daerah hampir selalu membutuhkan bantuan besar dari pemerintah pusat. Apalagi daerah seperti Yogyakarta, yang merupakan kawasan dengan ancaman bencana berkelanjutan berupa gempa bumi dan gunung meletus. “Pada 2006, saat gempa terjadi di Yogyakarta, korban jiwa mencapai 5.000 orang lebih, dan 150 ribu rumah rusak,” katanya.
Karena itu, kata Presiden, pemerintah daerah di kawasan dengan tingkat kerawanan berkelanjutan seperti ini harus terus mendapat penguatan kapasitas dalam pengurangan risiko bencana. “Ada 396 kecamatan dengan tingkat kerawanan tinggi dan jenis ancaman bencana beragam,” ujar Presiden.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif, mengatakan, pengalaman Yogyakarta dalam penanggulangan dan pengurangan risiko bencana akan dikembangkan untuk penguatan kapasitas lokal di seluruh kawasan Indonesia. “Pengalaman Yogyakarta merupakan salah satu prestasi Indonesia dalam penanggulangan dan pengurangan risiko bencana dalam beberapa tahun terakhir,” ujar Syamsul di sela pembukaan konferensi ini.
Syamsul mengatakan, salah satu yang akan menjadi contoh ialah konsep kelompok masyarakat (pokmas) dalam distribusi bantuan dan sejumlah kearifan lokal yang terbukti bermanfaat untuk agenda penanggulangan dan pengurangan risiko bencana. “Konsep pokmas telah membuat jaringan penyaluran bantuan pemerintah untuk pemulihan pascabencana sangat luas hingga menyentuh langsung korban,” ujarnya.
Syamsul mencontohkan, pengalaman gempa 2006 di Yogyakarta menunjukkan sistem ini mempercepat jalur distribusi sekaligus memudahkan masuknya bantuan dari luar pemerintah pada komunitas korban bencana.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM