TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia belum dapat memastikan motif pembunuhan terhadap dua personel kepolisian, Brigadir Satu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman, di Dusun Taman Jeka, Desa Masani, Poso, Sulawesi Tengah.
"Motifnya bisa bermacam-macam. Bisa karena balas dendam, bisa pula karena perampokan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, di kantornya, Kamis, 18 Oktober 2012.
Boy mengatakan, pembunuhan kedua polisi itu bisa saja karena aksi balas dendam kelompok teror kepada polisi. Sebab, polisi terus menangkapi pelaku teror. Terakhir, pada 7 Oktober, Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap terduga teroris bernama Imron di Poso.
Imron diduga menyuplai senjata kelompok Santoso, anak buah gembong teroris mendiang Nurdin M. Top. Dia juga terkait dengan kelompok Thoriq di Solo, Jawa Tengah. Kelompok ini ikut menyerang polisi di Solo yang menyebabkan seorang polisi meninggal.
Menurut Boy, serangan teror juga pernah dialami polisi yang bertugas menjaga sebuah bank di Palu, Sulawesi Tengah. Pelaku kemudian melarikan diri ke arah Gunung Biru, kawasan pelatihan militer kelompok Santoso.
Lokasi pembunuhan Andi Sapa dan Sudirman di Taman Jeka, tidak jauh dari kawasan pelatihan militer tersebut. Pada Selasa lalu, mereka ditemukan tewas dengan leher tergorok senjata tajam. Keduanya terkubur dalam satu lubang.
Mereka hilang sejak 8 Oktober lalu. "Kemungkinan mereka kelompok (Santoso) itu, bisa saja. Tapi, kaitan secara langsung, belum ada kami lihat," kata Boy.
Kepolisian sedang mendalami keterlibatan beberapa kelompok teror dalam pembunuhan itu, termasuk kelompok Santoso maupun Jamaah Anshorut Tauhid. Tapi, Densus tidak bisa terjun langsung ke pusat pelatihan militer itu karena berada di medan berat yang sulit dijangkau.
Boy berujar, pembunuhan tersebut mungkin juga karena dendam pribadi atau karena perampokan. Sebab, sepeda motor dan senjata api kedua polisi itu hilang. Namun, "Semua kemungkinan itu masih didalami," kata dia.
RUSMAN PARAQBUEQ
Terpopuler:
Didukung Dahlan, Jokowi Urus Monorel Hingga Kopaja
Ditahan, Nikita Mirzani Menangis
Begini Proyek Monorel Joko Widodo
Kronologi Penganiayaan Versi Nikita Mirzani
Foto Vulgar Novi Tersebar, Tujuh Polisi Diperiksa