TEMPO.CO , Palembang: Kabut asap yang kerap menyelimuti kota Palembang semakin tebal. Jarak pandang di pagi hari kurang dari 300 meter. Akibatnya sejumlah jadwal penerbangan terpaksa tertunda hingga lebih satu jam.
Jadwal belajar sekolah pun dimundurkan hingga kabut asap menipis. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Palembang menilai kualitas udara di tengah kota semakin rendah.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan Limbah, Novrian kepada wartawan mengatakan secara kasat mata mutu udara di Palembang sudah dapat diketahui. Indikasinya: timbulnya bau menyengat serta menimbulkan dampak berupa perih di mata atau gatal-gatal di tenggorokan.
Novrian mengatakan, setidaknya ada beberapa elemen yang mesti diperiksa untuk menentukan mutu udara di suatu tempat yang perlu dipantau seperti PM10, SO2, NO2 dan CO2. Parameter itu sudah di atas ambang normal. “Ini mengindikasikan bahwa udara di wilayah Kota Palembang saat ini sudah tidak sehat lagi,” kata Novrian, Senin, 24 September 2012.
Senin pagi, sejumlah pegawai BLH dan pegiat lingkungan membagi-bagikan masker kepada pengendara sepeda motor di Palembang. Pembagian masker untuk mensosialisasikan pentingya kesehatan udara bagi tubuh manusia.
BLH belum dapat memastikan kapan kualitas udara akan kembali normal mengingat hingga satu bulan terakhir belum juga turun hujan. “Biasanya di atas pukul 09.00 kabut asap semakin tipis dan semakin tebal pada sore hingga malam hari, makanya ini kita perlu lebih waspada lagi.”
Kabut asap mulai berdampak pada penerbangan pesawat di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badarudin II Kota Palembang. Selain itu, sejumlah sekolah terpaksa memundurkan jadwal sekolah para siswa. Jadwal kedatangan dan keberangkatan beberapa pesawat di Bandara SMB II sepanjang Minggu hingga Senin ini mengalami keterlambatan. Di pagi hari jarak pandang terdeteksi hanya 300 meter padahal syarat minimal yakni 1.000 meter.
Tadi pagi keberangkatan Garuda Indonesia, Lion air Sriwijaya tujuan Jakarta terpaksa tertunda hingga 1 jam lebih. Pesawat-pesawat itu seharusnya berangkat pukul 06.00. “Kita baru bisa mengizinkan terbang kalau jarak pandang sudah memadai,” kata Sri Hartati, Kepala Dinas Operasi Bandar Udara SMB.
Menurut Sri Hartati, biasanya jarak pandang akan kembali normal hingga mendekati pukul 9 pagi. Kejadian ini hampir terjadi setiap hari dalam satu pekan terakhir. "Jarak pandang kembali normal di atas 900 meter pada pukul 08.00."
PARLIZA HENDRAWAN
Berita lain:
Beli Apache, Pemerintah Dinilai Langgar Kontrak
Pertambangan Tradisional di Banyuwangi Dibatasi
Pengungsi Bencana Letusan Gunung Ada 5 Juta Orang
Satpol PP Banyuwangi Butuh Ahli Bangunan dan Listrik