TEMPO.CO, Jakarta - Munir Said Thalib atau Munir sudah pasti tidak mengejar award ketika membela hak-hak kaum buruh yang tertindas. Ia juga bisa dipastikan tak mengejar penghargaan ketika menuntut pemerintah segera menuntaskan berbagai perkara orang hilang.
Ia melakukannya karena ia memang mencintai sesama dengan tulus, tanpa pamrih. Bahkan, terhadap orang-orang yang memusuhinya pun, Munir tetap bisa menghargai orang itu dengan caranya sendiri. Ia melawan, tapi tidak ngawur. Ia keras, tapi tidak brutal. Karena itu, ia dicintai dan dihormati banyak orang, terutama oleh orang-orang yang dibelanya.
Sampai sebelum dia ‘dibungkam’ selamanya dengan racun arsenik dalam perjalanannya menuju Amsterdam, Belanda, 7 September 2004 pada usia 38 tahun, ia masih mengurusi banyak hal yang bisa jadi membuat gerah sebagian orang atau institusi tertentu.
Para koleganya mengingat-ingat, sebelum 'dijemput’ paksa itu, Munir masih aktif bersuara tentang pemilu, Rancangan Undang-Undang TNI, dan buruh migran. Dia juga sempat melancarkan kecaman terhadap Badan Intelijen Negara yang menuding 20 organisasi non-pemerintah berniat mengganggu stabilitas keamanan menjelang pemilihan umum. Dia pun selalu kritis terhadap kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia pada peristiwa Tanjung Priok 1984 atau di Timor Timur pasca-jajak pendapat 1999 (Berita Utama Majalah Tempo: "Jejak-jejak Kematian Munir" edisi Senin, 29 November 2004: Kisah Suci Memburu Berkas Otopsi)
Ketika pada 1998 Munir menjadi koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), persoalan orang hilang yang ditangani memang menjadi lebih luas dan beragam, termasuk menangani lenyapnya sejumlah orang dalam peristiwa Tanjung Priok, Aceh, dan Timor Timur itu. Nama Munir pun meroket. Wajahnya mulai kerap muncul di televisi (Berita Utama Majalah Tempo: "Siapa Meracuni Munir" edisi Senin, 22 November 2004: Hasrat Sebelum Dia Pergi)
Tak heran, dengan segala sepak terjang dan keberaniannya itu, Munir mendapat begitu banyak penghargaan. Salah satu penghargaan yang disorot Dandhy D. Laksono dalam Kiri Hijau Kanan Merah, video yang dibuatnya tentang perjalanan hidup Munir, adalah ketika Majalah Ummat memilih Munir sebagai Tokoh 1998.
Munir dinobatkan sebagai Tokoh 1998 atau Man of The Year versi Majalah Ummat. Dia waktu itu mengalahkan, antara lain, Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional Amien Rais.
“Sebagai (wakil) pemimpin redaksi waktu itu, saya juga begini … (tangannya menggambarkan hati yang deg-degan), karena Munir ini (yang dipilih)…,” kata Syafi’i Anwar, mantan Wakil Pemimpin Redaksi Majalah Mingguan Ummat, dalam wawancara di video itu.
Syafi’i menambahkan, dia mendengar dari para wartawannya, pimpinan militer dan Bakin mempertanyakan terpilihnya Munir itu. “Ini apa-apaan Ummat memberi penghargaan buat Munir?" kata Syafi’i menirukan wartawannya.
Selain Majalah Ummat, Munir juga banyak menerima penghargaan lainnya. Seperti dikutip dari Wikipedia, berikut ini antara lain penghargaan-penghargaan itu:
1. Right Livelihood Award 2000, penghargaan pengabdian bidang kemajuan HAM dan kontrol sipil terhadap militer, Swedia, 8 Desember 2000;
2. Mandanjeet Singh Prize UNESCO untuk kiprahnya mempromosikan Toleransi dan Anti-Kekerasan, 2000;
3. Salah satu Pemimpin Politik Muda Asia pada Milenium Baru, Majalah Asiaweek, Oktober 1999;
4. Man of The Year versi Majalah Ummat, 1998;
5. Suardi Tasrif Awards dari Aliansi Jurnalis Independen, 1998, atas nama Kontras;
6. Serdadu Awards dari Organisasi Seniman dan Pengamen Jalanan Jakarta, 1998;
7. Yap Thiam Hien Award, 1998; dan
8. Satu dari seratus tokoh Indonesia abad XX, Majalah Forum Keadilan.
GRACE S. GANDHI
Berita Terpopuler:
Wanita Teman Telanjang Pangeran Harry Ditahan
Ribuan Pendukung Hartati Kepung KPK
Cari Donasi demi Tonton Eksekusi Pemerkosa Anaknya
Keputusan Arsenal Jual Van Persie-Song, Disesali
40 Jenis Mobil Akan Dilarang Minum BBM Bersubsidi
Zulkarnaen Minta Sebutan Korupsi Al Quran Direvisi
Sejumlah Tokoh Siapkan Mahfud MD Jadi Capres
Golkar: Naik Turun Bisnis Bakrie Itu Biasa
Tes Mamografi Malah Menyebabkan Kanker
Awas, Anda Bisa Kehilangan Motor di Sini