TEMPO.CO, Jambi - Dua bayi harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang berusia sekitar dua bulan, berjenis kelamin betina, ditangkap empat petani warga Pancoran, Desa Ladangpanjang, Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Jambi. Kini, kedua bayi harimau tersebut sudah dititipkan di Kebun Binatang Tamanrimba, Kota Jambi.
"Kedua ekor anak harimau ini ditemukan empat petani saat mereka sedang berjalan menuju lokasi perkebunan, tepatnya di kawasan perbatasan Jambi-Bayung Lincir (Sumatera Selatan), Ahad, 2 September lalu," kata Kepala Seksi Wilayah III Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi, Nurasman, Selasa, 4 September 2012.
Bayi harimau yang ditemukan empat orang warga, antara lain bernama Doni, Ulin, Simin, dan Udin, awalnya sempat dikandangkan di salah satu rumah warga.
"Jadi, setelah ditemukan, kedua anak harimau itu sempat dikandangkan semalam di tempat salah satu warga. Namun, berdasarkan usulan para tokoh masyarakat setempat, akhirnya kejadian tersebut dilaporkan pada aparat Kepolisian Sektor Sungaigelam," ujarnya.
Menurut Nurasman, kedua bayi harimau itu sementara akan dirawat sampai kondisinya membaik hingga bisa dilepas ke alam bebas.
Lokasi ditemukannya anak harimau itu, kata Nurasman, sejak dulu memang sering dijumpai banyak jejak harimau karena lokasinya dekat dengan kawasan hutan produksi dan Taman Nasional Berbak (TNB).
Berdasarkan data yang ada, di kawasan hutan yang berdekatan dengan Sungaigelam, beberapa kali pernah terjadi konflik antara harimau dan manusia. Puncaknya sekitar tahun 2009-2010, hingga mengakibatkan beberapa warga meninggal dunia.
Sementara dokter hewan di Kebun Binatang Tamanrimba Jambi, drh Melina, mengatakan kedua bayi harimau Sumatera itu dalam kondisi kurus dan dehidrasi berat. "Diperkirakan sudah ada satu pekan dua bayi harimau ini dalam kondisi kurang makan dan minum. Hal ini terlihat dari tubuhnya yang sangat kurus," ujarnya.
Berdasarkan data BKSDA Jambi, populasi harimau Sumatera di Jambi diperkirakan antara 300-400 ekor. Kondisi harimau Sumatera di Jambi terancam punah akibat perburuan liar, pembalakan liar, hingga konsesi kawasan hutan secara berlebihan, sehingga mengancam habitat dan kehidupan harimau Sumatera di daerah ini.
SYAIPUL BAKHORI