TEMPO.CO, Sukoharjo - Direktur Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Wahyuddin, menyebut kedua terduga teroris yang ditembak mati Detasemen Khusus 88 Antiteror sebagai anak ingusan. Aksi yang mereka lakukan menunjukkan bahwa kelompok itu memiliki pemikiran yang pendek dan emosional.
Terduga teroris, Farhan Mujahid dan Mukhsin Tsani, merupakan jebolan dari pesantren di Ngruki itu. “Kami kecewa dengan mereka,” kata Wahyuddin, Senin, 3 September 2012. Aksi yang dilakukan keduanya sangat merugikan institusi pendidikan itu.
Pada Jumat malam lalu, tiga terduga teroris terlibat baku tembak dengan Densus 88. Akibatnya, dua orang terduga teroris tewas: Farhan dan Mujahid. Satu terduga teroris lainnya ditangkap. Dalam aksi itu, seorang anggota Densus 88 juga tewas.
Aksi ini terkait dengan pengembangan peristiwa penembakan pos polisi di Singosaren, Kamis malam lalu. Pada peristiwa ini, Bripka Dwi Data Subekti yang berjaga di Pos Polisi Pasar Singosaren, Solo, tewas.
Penyerangan pos polisi Singosaren ini merupakan teror ketiga terhadap polisi di daerah itu. Dua kejadian sebelumnya terjadi pada 17 dan 18 Agustus 2012.
AHMAD RAFIQ
Berita lain:
Ada Pistol Filipina dari Tangan Teroris Solo
Kapolri: Motifnya Balas Dendam kepada Polisi
Densus 88 Sita Seperangkat Senjata Api
Korban Tewas di Solo Pernah Gabung Abu Sayyaf
Polisi Jadi Target Teror di Solo