TEMPO.CO, Jakarta -- Mantan Menteri Hukum dan HAM Yusril Ihza Mahendra menyatakan tulisan di akun Twitter-nya tak bermaksud menghina Presiden.
"Apa yang saya katakan haruslah dilihat dalam konteks respons saya atas berbagai statement yang dibuat oleh Wamenkumham Denny Indrayana di Twitter dan penjelasannya di sebuah media cetak pekan lalu," kata Yusril di Jakarta, Selasa, 28 Agustus 2012.
Ia menyebutkan dirinya hanya ingin mengingatkan Denny terhadap konsekuensi dari pernyataannya yang menuduh bahwa advokat perkara korupsi adalah advokat koruptor.
"Alur berpikir Denny itu tidak sehat dan dapat berimplikasi kepada kegaduhan politik," ujar mantan Menteri Sekretaris Negara itu. Yusril mengatakan dia sebenarnya enggan menanggapi kicauan Denny tersebut.
"Saya baru bereaksi ketika dia menyebut saya membantu para koruptor, sehingga keinginan pemerintah untuk mengetatkan pemberian hak-hak narapidana korupsi jadi terhambat. Padahal langkah yang saya lakukan adalah koreksi terhadap pemerintah yang sering mengedepankan kebijakan dan mengabaikan serta menabrak undang-undang," kata Yusril.
Dia mengatakan Presiden sebaiknya menertibkan para pembantu agar jangan sembarangan membuat statement yang dapat menjadi bumerang bagi pemerintah dan merusak wibawa Presiden.
"Para pembantu Presiden harus menjaga wibawa Presiden dengan mengawalnya dalam setiap mengambil langkah dan kebijakan, terutama dalam tiga hal," ujar Yusril.
WDA | ANT
Berita terkait
Alasan Denny Minta Maaf ke Advokat Bersih
Menteri Amir Dukung Denny Ladeni Laporan Kaligis
Marzuki Alie: Tudingan Denny Bisa Saja Benar
Dilaporkan ke Polisi, Denny: Ini Risiko Perjuangan
Sindir Pembela Koruptor, Denny Diadukan ke Polisi
Denny Indrayana: Saya Tak Berniat Menghina Advokat