TEMPO.CO, Surakarta - Kegiatan Malem Selikuran untuk menyambut malam ke-21 Ramadan akan kembali dilaksanakan di Surakarta pada tahun ini. Namun, dalam Ramadan ini, akan ada dua kegiatan Malam Selikuran dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dikhawatirkan membuat kerancuan dalam bidang budaya.
Keraton Kasunanan Surakarta akan melaksanakan kirab Malem Selikuran dengan rute dari Keraton menuju Masjid Agung, Rabu malam, 8 Agustus 2012. Sedangkan Pemerintah Kota Surakarta bersama Kelompok Sadar Wisata juga akan menyelenggarakannya dengan rute dari balai kota menuju Sriwedari.
“Adanya dua kegiatan ini akan membuat bingung masyarakat,” kata pengamat sejarah dari komunitas Solo Tempo Doeloe, Heri Priyatmoko, Selasa, 7 Agustus 2012. Selama ini masyarakat hanya mengenal kegiatan Malem Selikuran yang diselenggarakan oleh Keraton.
Heri menyebutkan, Malem Selikuran bukan sekadar iring-iringan kirab prajurit Keraton dengan membawa lampu lentera. “Malem Selikuran merupakan sebuah ritual,” katanya. Ritual tersebut dilakukan sejak zaman Pakubuwana IV dan tetap dilestarikan hingga saat ini.
Dia khawatir, pelaksanaan kirab yang diselenggarakan oleh pemerintah hanya berupa gebyar kota tanpa disertai nilai budaya. “Lebih baik pemerintah membuat kirab yang lain tanpa perlu bersaing dengan ritual budaya yang sudah ada,” katanya.
Pihak Keraton sendiri juga mengaku tidak tahu-menahu dengan kegiatan Malem Selikuran yang diselenggarakan oleh pemerintah. Menurut Wakil Pengageng Sasana Wilapa, KP Winarno Kusumo, dirinya pernah diminta oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk mempresentasikan kegiatan yang akan dilakukan.
“Setelah presentasi, tidak ada pertanyaan atau tanggapan sama sekali dari mereka,” katanya. Pemerintah juga tidak mengatakan bahwa mereka juga ingin melaksanakan kegiatan serupa. Namun pihak Keraton juga tidak merasa tersaingi dengan kegiatan tandingan tersebut.
Dia mengakui bahwa Keraton pada tahun ini terpaksa memperpendek rute kirab. Biasanya, mereka menggelar kirab dari Keraton menuju Sriwedari. “Tapi kali ini hanya sampai Masjid Agung lantaran kekurangan biaya,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Widdi Sri Hanto menolak anggapan bahwa kegiatan yang akan dilakukan merupakan kirab Malem Selikuran. “Kegiatan ini hanya kirab lentera,” katanya. Tujuan penyelenggaraan kirab ini juga untuk menyambut datangnya malam ke-21 Ramadan.
Menurut dia, pemerintah sudah berusaha untuk menggabungkan kegiatan itu dengan kegiatan Malem Selikuran yang diselenggarakan Keraton. “Namun upaya ini tidak berhasil,” katanya. Namun dia enggan menyebutkan permasalahan yang menyebabkan penggabungan itu gagal.
Widdi merasa yakin bahwa penyelenggaraan kirab lentera itu tidak akan menyaingi Malem Selikuran yang diselenggarakan Keraton. “Masyarakat menjadi punya banyak pilihan,” katanya. Dia berharap agar kegiatan ini mampu menarik minat wisatawan.
AHMAD RAFIQ
Berita Lain:
Simsalabim Jenderal SIM
Rumah Djoko Susilo Dekat Keraton Yogyakarta
Jenderal SIM di Balik Tembok Tinggi
Cerita Simulator SIM Majalah Tempo April Lalu
Pendukung Rhoma di Jawa Timur Datang ke Jakarta