TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono berpesan supaya masa orientasi sekolah (MOS) tidak berisi kegiatan yang tidak perlu. "MOS diadakan tanpa yang aneh-aneh," kata Presiden SBY seusai sidang kabinet terbatas di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa, 31 Juli 2012.
Menurut SBY, aksi kekerasan di sekolah selama ini rentan dilakukan pada saat orientasi. Untuk menghindari tindak kekerasan, SBY meminta para guru untuk berpartisipasi dalam orientasi dan tidak sekadar menyerahkan kegiatan itu kepada pelajar senior.
Kepala negara berharap, tidak ada pendidikan yang disertai dengan kekerasan. Penghilangan kekerasan juga termasuk di dunia akademik atau militer. "Kementerian Pendidikan sudah mempunyai metode, tinggal implementasi dan pengawasan," kata SBY.
Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia, sebanyak 87,6 persen responden anak mengaku mengalami tindak kekerasan di sekolah dalam berbagai bentuk. Sebanyak 29,9 persen kekerasan dilakukan guru; 42,1 persen mengalami kekerasan dari teman sekelas; dan 28 persen oleh teman lain kelas.
Saking banyaknya siswa yang mengalami kekerasan di institusi pendidikan, SBY sampai siap menerima laporan dari orang tua korban kekerasan di sekolah. "Mengajak masyarakat luas untuk mengawasi dan melaporkan tindakan kekerasan," kata SBY.
SBY mengatakan perlu adanya reformasi pendidikan besar-besaran menghadapi budaya kekerasan. Kekerasan antarpelajar atau pelajar dengan guru harus dihentikan. Juga perlu menjalin hubungan baik antarguru dan siswa.
SUNDARI
Berita terpopuler lainnya:
Diterpa Isu SARA, Jokowi-Ahok Tetap Populer
Jenderal Polisi Bintang Dua jadi Tersangka?
Calon Wali Kota Terbaik Dunia, Jokowi Banjir Dukungan
10 Fantasi Seksual Perempuan
Sesepuh Golkar Sentil Ical
Simsalabim Simulator SIM III
Penyidik KPK Tersandera di Kantor Korlantas Polri
Simsalabim Simulator SIM I