TEMPO.CO, Subang - Kekeringan yang melanda kawasan Pantai Utara Subang, Jawa Barat, telah memantik terjadinya konflik horizonal antarpetani, meski belum sampai menimbulkan korban.
"Pemantiknya gara-gara rebutan air irigasi," kata Aco Warsono, Ketua Gabungan Kelompok Tani Tambaksari, Kecamatan Tambakan, saat dihubungi Tempo, Jumat, 6 Juli 2012.
Saban hari, ujar Aco, ada ratusan petani asal Kecamatan Pamanukan, Sukasari, dan Legon Kulon menyerang ke lokasi pintu air Adul yang terletak di desanya. "Dengan golok dan parang di tangan, mereka ramai-ramai membobol pintu air dan mengancam siapa saja yang berusaha menghalanginya," tutur Aco.
Beruntung, dia bersama kepala desa, Kapolsek, dan Danramil mampu menenangkan petani asal desanya agar tidak meladeni tantangan para petani tiga kecamatan yang panik karena kekurangan air itu.
Konflik serupa juga terjadi di Kecamatan Pusakanagara. "Warga antardesa sudah mulai saling serang dengan golok di sejumlah pintu air irigasi sekunder. Beruntung, bisa kami relai," ujar Ela Nurlaela, Camat Pisakanagara.
Konflik antara petani di Kecamatan Tambakan, Pamanukan, Sukasari, dan Legon Kulon tersebut, kata Aco, disebabkan adanya proyek perbaikan jaringan irigasi sekunder Kamal-Tegal Lopang-Poponcol-Anggaranu sepanjang 10 kilometer, yang digarap Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum yang bermarkas di Bandung.
Debit air yang biasanya mengalir 6 hingga 8 meter kubik per detik, gara-gara adanya proyek tersebut, gelontorannya diturunkan hingga 3 meter per detik. "Otomatis kiriman air irigasi ke hilir jadi seret," ujar Aco.
"Kalau ingin masalah rebutan air selesai, hentikan pengerjaan proyek perbaikan irigasi yang tidak tepat waktu itu," ujar Ujang Warin, Kepala Desa Rancasari Kecamatan.
Ia menyebutkan bersama gapoktan dan Camat Pamanukan telah membuat surat untuk BBWS Citarum soal usul penghentian proyek perbaikan jaringan irigasi itu. "Meminta supaya diteruskan pada September mendatang," Warin menegaskan.
Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Hendrawan, mengatakan kekeringan yang disebabkan cuaca kemarau ekstrem itu telah menimbulkan kekeringan terhadap 1.450 hektare areal tanaman padi berusia 10 hingga 35 hari. Dan ribuan hektare lainnya yang sawahnya sudah diolah tapi tak bisa ditanami.
"Jika dalam sepekan ke depan tidak ada pasokan air irigasi yang cukup dari Waduk Jatiluhur, ia memastikan akan terjadi musibah puso," kata Hendrawan.
Dedi Rohyadi, Kepala Divisi III Perum Jasa Tirta II Jatiluhur di Subang, mengaku irigasi Tarum Timur yang berfungsi mengairi areal persawahan di wilayah Pantura Subang telah menerima gelontoran air dari Waduk Jatiluhur yang cukup melimpah. "Sampai 55 meter kubik per detik," ujar Dedi. "Hitungan kami, air sudah disalurkan sampai 200 persen dari kebutuhan."
NANANG SUTISNA
Berita terpopuler lainnya:
Pemburu Partikel Tuhan asal Indonesia
Siap-siap Jelang Kiamat Internet
Pencarian Angka Partikel Tuhan
Kesempatan Anas Jadi Presiden Masih Terbuka
Terjemahan 3.226 Ayat Al-Quran Pemerintah Keliru?
Pengumuman SNMPTN Dimajukan Menjadi 6 Juli
Gara-gara Partikel Tuhan, Hawking Kalah US$ 100
Menang Piala AMI 2012, Ini Tweet Agnes Monica