TEMPO.CO, Kupang - Mantan agen Imigrasi Australia, Ferdi Tanoni, mengatakan 54 anak yang masih ditahan pemerintah Australia adalah korban praktek sindikat penyelundupan manusia. Mereka biasanya berprofesi sebagai anak buah kapal (ABK) untuk mengantar imigran.
"Kebanyakan anak-anak itu menjadi ABK saat mengantar imigran ke Australia," kata Ferdi Tanoni kepada wartawan di Kupang, Rabu, 4 Juli 2012. Tanggapan Ferdi terkait dengan permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar pemerintah Australia membebaskan 54 anak Indonesia yang masih ditahan di Australia.
Anak-anak itu, menurut Tanoni, ditangkap dan ditahan atas tuntutan masuk secara ilegal ke Australia. Maraknya praktek penyelundupan manusia atau para pencari suaka dari Indonesia ke Australia karena faktor ekonomi. "Tanpa diminta, Australia seharusnya membebaskan anak-anak itu, karena mereka masih di bawah umur," katanya.
Maraknya nelayan menyelundupkan manusia ke Australia, kata Tanoni, disebabkan pencemaran Laut Timor yang telah menghancurkan lahan mata pencaharian masyarakat pesisir, terutama di Nusa Tenggara Timur. "Masalah itu sampai saat ini juga belum terselesaikan," katanya.
Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) ini mengatakan, masih banyak warga negara Indonesia yang ditahan di Australia karena lemahnya diplomasi Indonesia. Untuk membebaskan warga negara Indonesia dari Australia harus ada barter tahanan seperti yang terjadi dengan kasus Corby.
Untuk meminimalisir kasus-kasus penyelundupan manusia, menurut Tanoni, pemerintah Indonesia harus secara terus-menerus memberikan pemahaman kepada masyarakat pesisir tentang konsekuensi hukum yang akan mereka terima jika ditangkap di Australia serta memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat. “Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat pesisir agar tidak tergiur untuk mengantar imigran gelap ke Australia,” ujarnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah meminta Perdana Menteri Australia untuk membebaskan tahanan anak bawah umur yang menjadi korban penyelundupan manusia di negari kanguru itu. Permintaan SBY tersebut disampaikan saat bertemu dengan Perdana Menteri Australia Julia Gillard dalam lawatan Presiden ke negara itu kemarin.
YOHANES SEO