TEMPO.CO, Kupang - Nona Djari, seorang pasien darah tinggi dan sesak napas terpaksa meninggalkan tempat perawatannya di Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu, 30 Mei 2012 dengan infus yang masih melekat di tangan karena pelayanan yang dinilai buruk.
Nona Djari masuk rumah sakit sejak Senin, 28 Mei 2012. Namun sehari setelah dirawat, dia mulai tidak nyaman. Sejak Senin 28 Mei hingga Rabu 30 Mei 2012, tidak ada petugas kebersihan atau cleaning service yang membersihkan ruang utama tempatnya dirawat. "Saya ke kamar mandi tidak ada air. Kemudian ada yang bilang air macet," katanya kepada wartawan di Kupang, Rabu, 30 Mei 2012.
Nona Djari yang sedang hamil enam bulan bersama anggota keluarganya meninggalkan rumah sakit dengan infus yang melekat di tangan. "Saya masuk rumah sakit langsung dipasang oksigen karena sesak napas. Tetap saja tidak ada perhatian dari petugas," katanya.
Di lain pihak, Kepala Bidang Humas Polda Nusa Tenggara Timur Ajun Komisaris Antonia Pah membantah keterangan Nona Djari. Menurut dia, air di bak penampung bagi pasien selalu tersedia. "Tidak benar tidak ada air. Air selalu tersedia, tapi tidak banyak. Pasien ingin air di bak penuh," katanya.
Dia mengatakan keterlambatan pasokan air ke ruangan pasien karena pada saat yang sama air juga dialirkan ke ruang operasi. "Ada operasi sehingga air dialirkan ke sana," katanya.
Menyangkut keterlambatan pembersihan ruang inap pasien, katanya, karena bertepatan dengan pergantian petugas cleaning service.
YOHANES SEO