TEMPO.CO, Malang - Gunung Semeru meletus memuntahkan lahar panas ke sekitar lereng gunung api tertinggi di Pulau Jawa itu. Lahar meleleh mendekati pemukiman warga yang mengancam keselamatan warga di Malang dan Lumajang. Lahar juga memacetkan arus lalu lintas di selatan Kabupaten Malang. Korban jiwa mencapai 18 orang, bahkan terjadi kekacauan dan kepanikan.
Material vulkanik berupa abu dan asap mencemari udara. Warga menyelamatkan diri dan meninggalkan pemukiman masing-masing. Ratusan aparat Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama Angkatan Darat Amerika Serikat Wilayah Pasifik (USARPAC) membantu menolong korban.
"Ini merupakan simulasi penanganan bencana," kata Asisten Teritorial Komando Strategi dan Cadangan Angkatan Darat, Letnan Kolonel Junaedi, Rabu, 23 Mei 2012. Pelatihan penanganan bencana dilaksanakan di terminal Rampal Kota Malang. Mereka dilatih menangani bencana untuk mengurangi korban jiwa.
Mereka secara tanggap menyelamatkan korban serta mendirikan tenda pengungsian. Rumah sakit lapangan juga didirikan untuk menanggulangi penyakit akibat bencana.
Program bertajuk pertukaran pakar tanggap bencana dilaksanakan 21-24 Mei. Kegiatan diikuti militer kedua negara juga melibatkan Palang Merah Indonesia serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). "Kerjasama tanggap bencana dengan Amerika berlangsung sejak enam tahun," ujar Junaedi.
Kegiatan tanggap bencana ini fokus terhadap penanganan bencana vulkanik dan tsunami. Kegiatan berlangsung selama empat hari dengan pola presentasi akademik, diskusi serta diakhiri dengan simulasi penanggulangan bencana.
Menurut Junaedi sistem penanggulangan bencana di Indonesia secara kelembagaan berjalan rapi dan berpengalaman menangani berbagai jenis bencana. "Program ini respon bersama antara sipil dan militer," ucapnya.
Selama pelatihan antara lain menggabungkan sistem komando insiden dan operasi bersama sipil-militer. Sehingga kedua negara mendapat informasi penting mengenai kebencanaan, model operasi regional, memperkuat sistem komunikasi dan berlatih skenario darurat bencana alam.
Sementara itu Kepala Operasi Militer G 9 USARPAC, Kolonel William R. Hollingsworth menjelaskan bahwa kerjasama militer ini untuk meningkatkan kapasitas penanganan bencana. Selain itu untuk belajar bersama terhadap penanggulangan bencana di kawasan Indonesia. "Amerika memiliki ahli yang bisa berbagi," tuturnya.
Tahap awal dilakukan pelatihan ruang sehingga tak membawa peralatan penanganan bencana. Sedangkan ke depan dipertimbangkan kegiatan lapangan penanaganan secara praktis.
Hadir dalam program ini Panglima Divisi 2 Kostrad, Mayor Jenderal Ridwan, Konsul Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Kristen F. Bauer, Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, Surono, dan Direktur Kesiapsiagaan Bencana BNPB, Medi Herlianto.
EKO WIDIANTO