TEMPO.CO, Jayapura – Seorang tewas dan beberapa terluka akibat tembakan aparat kepolisian di Kampung Namowodide, Distrik Bogobaida, Paniai, Papua. Melianus Abaa, 40 tahun, tewas di tempat akibat tembakan di bagian dada. Sementara dua rekannya, Lukas Kegepe, 30 tahun, dan Amas Kegepe, 30 tahun, terluka masing-masing pada bagian perut dan kaki.
Berdasarkan keterangan polisi, peristiwa penembakan tersebut berawal saat terjadi keributan di tempat permainan biliar di Kampung Namowodide, Distrik Bogobaida, Selasa, 15 Mei 2012, sekitar pukul 20.00 WIT. Pada saat itu, polisi datang untuk menghentikan pertengkaran. Namun tampaknya kedatangan anggota Brimob justru membuat korban dan temannya marah, dan menyerang polisi dengan menggunakan senjata tajam dan stik biliar.
“Karena anggota kami diserang, akhirnya diletuskan tembakan,” kata Kepala Kepolisian Resor Paniai Ajun Komisaris Besar Antonius Diance.
Diance menegaskan langkah penembakan itu terpaksa dilakukan untuk membela diri. “Anggota kami hanya mempertahankan diri.”
Sementara itu, Direktur Eksekutif The Indonesian Human Rights Monitor (Imparsial) Poengky Indarti menyesalkan langkah penembakan itu. Semestinya polisi lebih mengedepankan pendekatan persuasif dengan mengajak bicara kelompok-kelompok yang bisa diterima masyarakat dan tidak buru-buru menggunakan tindak kekerasan, apalagi menembak.
“Alasan mempertahankan diri demi keselamatan menunjukkan bahwa polisi sangat tidak profesional dalam menganalisa situasi dan kurang memahami budaya masyarakat setempat,” kata Poengky, Rabu.
Ia mendesak pihak kepolisian untuk meminta maaf secara resmi atas terjadinya peristiwa itu sekaligus menindak aparat yang menembak itu berikut atasannya. Poengky juga meminta Polri mengevaluasi ulang peraturan tentang penggunaan senjata api. "Karena dalam beberapa peristiwa di Papua, aparat kepolisian cenderung berlebihan dalam menggunakan senjata api,” ujarnya.
JERRY OMONA
Berita terkait:
4 Warga Paniai Tewas Ditembak Polisi