TEMPO.CO, Jakarta - Chappy Hakim, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, mengaku sempat berbincang dengan pilot Sukhoi Superjet 100, Aleksandr Yablontsev, sebelum kecelakaan pesawat di Gunung Salak, Bogor, Rabu, 9 Mei 2012. Menurut Chappy, kondisi Yablontsev baik-baik saja.
"Saya ngobrol, tanya-tanya dan diskusi, kondisi pilot normal. Saya tidak melihat ada kelainan sedikit pun dari kru maupun pesawat, semuanya oke," kata Chappy saat ditemui di kawasan Pejaten, Pasar Minggu, Jumat, 11 Mei 2012.
Chappy hadir dalam presentasi joy flight yang digelar di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma. "Saya mengikuti presentasi, saya lihat statistic show-nya, pesawatnya. Begitu pesawatnya take off, saya pulang," ujarnya.
Mantan pilot yang memiliki 8.000 jam terbang itu mengatakan tidak pernah bersedia ikut dalam demo penerbangan. "Kalau jadi penumpang, saya pusing, kalau di kokpit saya mau," kata lulusan Akabri Udara tahun 1971 ini.
Satu jam berselang setelah pesawat buatan Rusia itu lepas landas, Chappy mendapat kabar melalui telepon bahwa pesawat yang membawa 45 penumpang itu tidak kembali. "Saya pun langsung balik ke Halim," kata mantan pilot yang kini aktif menulis di blog dan buku.
Pilot Yablontsev, 57 tahun, telah menerbangkan 221 jenis pesawat dan mengantongi 14 ribu jam terbang. Pilot kelahiran Warsawa, Polandia, ini merupakan jebolan Higher Military Pilot School, Armavir, 1976. Ia kemudian melanjutkan ke Soviet Air Force Test Pilot School dan lulus 1985. Pada tahun yang sama, ia juga lulus dari Moscow Aviation Institute. Pada 1989, Yablontsev menyelesaikan serangkaian pendidikan di Soviet Air Test Pilot School.
Yablontsev pensiun dari tugas militer dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel Angkatan Udara Rusia, 1997. Setahun kemudian, ia menjadi pilot untuk Transaero Airline hingga 1999. Lalu pilot di Transevropskie Aviliniy Airline. Selanjutnya, ia bergabung dengan Sukhoi sebagai pilot tes pesawat komersial.
Menurut Chappy, penyebab pesawat Sukhoi Superjet 100 menabrak Gunung Salak bukan karena pilot asal Rusia itu tidak paham kondisi penerbangan. "Siapa saja pilot, kalau mau terbang, harus pelajari wilayahnya dulu. Bukan karena dia pilot Rusia, dia enggak tahu Gunung Salak, karena ia harus membuat flight plan sebelum terbang," ujarnya.
RINA WIDIASTUTI | ANANDA PUTRI
Berita terkait
Sebelum Naik Sukhoi, Selly Minta Nyekar ke Solo
Roy Suryo Klaim Sebagian Foto Korban Sukhoi Palsu
Menko Kesra Sesalkan Peredaran Foto Korban Sukhoi
Menko Kesra Pantau Jenazah Korban Sukhoi di Halim
Jasad Kornel Sihombing, Korban Sukhoi, Ditemukan
Tim SAR Temukan 12 Jenazah Korban Sukhoi
Keluarga Korban Sukhoi Histeris Nonton Evakuasi
KTP, Paspor, dan Laptop Korban Sukhoi Ditemukan
15 Warga Gunung Salak Diikutkan Evakuasi Sukhoi
Jalan Menuju Evakuasi Korban Shukoi Macet