TEMPO.CO, Jakarta - Penulis feminis asal Kanada, Irshad Manji, merasa terharu karena masih ada orang-orang yang melindunginya di tempat diskusi bukunya, Allah, Liberty and Love. Untuk para pelindungnya itu, Irshad menyebut para pemberani yang rela berkorban demi nyawanya.
“Saya sangat terharu dengan keberanian mereka,” kata Irshad dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Kamis, 10 Mei 2012.
Pada Rabu, 9 Mei 2012 malam, massa Majelis Mujahidin merangsek masuk ke area pendopo LKiS (Lembaga Kajian Ilmu Sosial), Bantul, untuk membubarkan diskusi Irshad Manji, pengarang buku Allah, Liberty and Love". Namun Direktur Moral Courage Project, Universitas New York, ini tak beranjak dari tempat duduknya. Begitu puluhan orang, yang rata-rata menutupi mukanya dengan helm, itu mengusir seluruh peserta diskusi, sekitar tujuh orang panitia langsung berdiri mengitari Irshad Manji agar tak terlihat.
Massa yang ikut dalam penyerangan yang berlangsung singkat selama 15-an menit itu pun tak dapat menemukan keberadaan Irshad Manji yang sebenarnya masih ada di pendopo LKiS. Puluhan penyerang itu justru berinisiatif menendangi piring tempat jajanan, pot bunga, dan memecahkan candela kaca-kaca kantor LKiS. Mereka juga menyerang peserta yang sebagiannya wanita, dengan memukul dan menyuruh mereka pergi dari lokasi diskusi.
“Di saat para kriminal berteriak-teriak, 'Mana Manji? Mana Manji?' orang-orang berjiwa pemberani itu menjadikan tubuh mereka sebagai perisai yang melindungi saya,” kata wanita berpotongan rambut cepak ini. Menurut dia, tindakan heroik itu memperlihatkan bahwa orang-orang Indonesia bisa bersatu demi martabat dan nilai-nilai kemanusiaan.
Baca Juga:
Irshad banyak mendengar bahwa polisi dan pemerintah Indonesia tunduk begitu saja kepada para preman itu. Tapi ia menyarankan masyarakat Indonesia tidak boleh ikut tunduk kepada mereka. “Semoga seluruh masyarakat Indonesia bangga serta dapat belajar kepada para pahlawan perdamaian mereka,” tulisnya.
Penyerangan terhadap diskusi buku yang menurut pengunjuk rasa mengajarkan percintaan sesama jenis itu telah terjadi di beberapa tempat di Pulau Jawa. Sebut saja diskusi di Salihara pada Jumat, 4 Mei 2012, atau diskusi yang terjadi Rabu, 9 Mei 2012 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Diskusi yang terjadi di kantor Aliansi Jurnalis Independen pada Sabtu, 5 Mei 2012, pun sempat didesak polisi intel berpakaian sipil untuk dibubarkan.
Melihat kejadian ini, Irshad merasa Indonesia berubah dari sisi toleransi agama. Saat ia datang empat tahun lalu, ia merasakan sebuah negara yang penuh dengan toleransi, keterbukaan, dan pluralisme. Oleh karena itu, ia menyebutkan dalam bukunya, Indonesia sebagai negara yang patut ditiru negara lain. “Namun sekarang banyak hal yang berubah,” katanya.
MITRA TARIGAN
Berita lain:
Ratu Hemas Protes Pelarangan Diskusi Irshad Manji
Irshad Manji, 'Allah, Liberty and Love'
Apa Isi Buku Karya Irshad Manji
Irshad Manji: Jurnalis Harus Berani Garap Isu Agama
Alasan UGM Larang Diskusi Irshad Manji
Rektor UGM Batalkan Diskusi Irshad Manji Via SMS
Rektor UGM Larang Diskusi Irshad Manji