TEMPO.CO, Pontianak - Kerajaan Pakunegara Tayan akan menggelar penobatan Raja XIV pada 26 Mei 2012 setelah vakum sejak tahun 1967 saat Raja XIII mangkat. Kevakuman Kerajaan Tayan akibat dari kekejaman Jepang.
Kerajaan Tayan bediri awal abad 15 atau sekitar tahun 1450. Pendiri kerajaan Tayan adalah putra Brawijaya dari kerajaan Majapahit yang bernama Gusti Likar/Lekar. Bersama saudara-saudaranya, Gusti Likar meninggalkan Kerajaan Tanjungpura yang sering terlibat peperangan.
Pemerintahan Kerajaan Tayan kemudian dipegang oleh Gusti Ramal bergelar Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma, putra Pangeran Mancar, pendiri Kerajaan Meliau yang merupakan kemenakan Gusti Likar. Mula-mula ibu kota kerajaan berlokasi di Teluk Kemilun.
Raja Kerajaan Pakunegara Tayan terakhir, Gusti Ismail, mangkat pada 23 November 1967. Sesuai amanat Ratu Tayan, Utin Nursinah, tampuk kekuasaan akan diserahkan kepada Gusti Yusri. Gusti Yusri sendiri merupakan putra bungsu Raja Tayan XIII yang berprofesi sebagai jurnalis.
Gusti Ismail mempunyai 16 orang putra, tiga di antaranya merupakan putri. Kini usia Ratu Tayan sudah 90 tahun. Atas amanat yang merupakan titah kerajaan tersebut, Gusti Yusri akan menjabat sebagai Raja Tayan XIV. Saat ayahandanya mangkat, Gusti Yusri baru berusia 1 tahun.
“Kerajaan Tayan ini bukan pemerintahan di dalam pemerintahan. Ini mutlak meneruskan salah satu budaya yang nilainya tak bisa dihargai dengan apapun karena sejarah. Ini bukan jabatan gagah-gagahan dan merupakan amanat yang cukup berat,” tukas Gusti Yusri, 45 tahun. Dia mengharapkan dapat melestarikan khasanah budaya dan sejarah bangsa di Kalimantan Barat.
Keputusan penobatan Gusti Yusri sebagai Raja Tayan disampaikan melalui surat yang dibacakan di depan keluarga dan Ketua Majelis Kerajaan Nusantara Kalimantan Barat, Pangeran Ratu Gusti Suryansyah, yang tak lain merupakan Raja Kerajaan Ismahayana Landak, dengan didampingi sekjennya, Syarif M Herry, dari Kesultanan Kadriah Pontianak.
Gusti Ismail mewarisi tahta kerajaan setelah mangkatnya Gusti Jafar dan Gusti Makhmud yang menggantikannya sebagai ahli warisnya. Namun, kerajaan jatuh pada tahun 1944 setelah menjadi korban kolonialisme Jepang.
Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II, Gusti Ismail dinobatkan menjadi Panembahan Kerajaan Tayan dengan gelar Panembahan Paku Negara. Tahun 1960, beliau masih memerintah dan merupakan pemerintahan swaparja berakhir. Gusti Ismail kemudian menjabat sebagai wedana di Tayan. Ibu kota kewedanaan kemudian dipindahkan ke Sanggau, sedangkan bekas Kerajaan Tayan menjadi ibu kota Kecamatan Tayan Hilir.
ASEANTY PAHLEVI