TEMPO.CO, Jakarta - Belum banyak partai yang siap menghadapi pemilihan presiden (Pilpres) 2014. Meskipun sudah mulai mengusung calon, sejumlah partai dianggap masih malu-malu. "Baru Golkar yang benar-benar siap menghadapi Pilpres 2014," ujar Philips Vermonte, peneliti politik di Centre for Strategic and International Studies (CSIS), dalam diskusi Undang-Undang Pemilu di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta, Rabu, 18 April 2012.
Menurut Philips, di antara partai yang ada, hanya Golkar yang konsisten melakukan kerja politik dan aktif membangun sistem partai menjelang Pemilu 2014. Golkar juga sudah jauh hari mensosialisasikan kandidat calon presiden pada masyarakat. "Ini menjadi modal besar bagi Golkar untuk meraup banyak suara."
Namun, Philips mengatakan dalam menghadapi Pemilu 2014, partai politik menghadapi tantangan yang berat. Meningkatnya jumlah pemilih yang tidak percaya pada politikus menjadi tantangan partai merebut hati rakyat.
Oleh karena itu, partai diminta melakukan terobosan dalam melakukan kampanye, termasuk dalam menyiapkan Pilpres 2014. "Kalau mau jadi presiden jangan malu, harus dari sekarang agar punya waktu melakukan kerja politik."
Partai, kata Philips, tak boleh membiarkan jumlah ketidakpercayaan pada partai meningkat. Hal ini akan mendorong lahirnya politik jalanan dan non-parlemen yang bisa mendorong anarkisitas. Di negara demokrasi, sudah seharusnya partai politik menjadi wahana bagi masyarakat menyalurkan aspirasi politik.
Adanya kegaduhan di internal Golkar menjelang penetapan calon presiden dari partai berlambang pohon beringin ini, kata Philip, tidak akan berdampak signifikan pada pilihan publik. "Kontroversi itu lebih pada pertarungan internal saja,” katanya.
Saat ini Golkar memang dihadapkan pada polemik di balik percepatan rapat pimpinan nasional (rapimnas). Agenda politik tahunan yang semula akan dilaksanakan Oktober ini dimajukan menjadi Juli. Pemajuan ini, kata Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham, untuk lebih memperpanjang waktu sosialiasi calon presiden yang akan diusung partai Golkar.
Berdasarkan hasil Rapimnas Golkar Oktober 201, Golkar sepakat akan mengusung Ketua Umum Partai Aburizal Bakrie untuk menjadi capres. Menurut Philips, sebagai ketua umum, wajar saja bila ketua umum diusulkan menjadi capres. Polemik penetapan capres melalui konvensi, survei dan rapimnas, kata Philip, hanyalah dinamika internal yang tidak akan berdampak pada kerja politik Golkar menghadapi Pemilu dan Pilpres 2014 mendatang.
IRA GUSLINA SUFA