TEMPO.CO, Jakarta - Dikun, seorang sopir almarhum Laksamana Sudomo, menceritakan semasa hidup bosnya adalah sosok yang relijius. Dia kerap berbagi dan makan bareng dengan sopir dan pembantunya.
"Bapak kalau ingin makan sesuatu, nggak pernah dinikmati sendiri, kami sering diajak," kata Dikun. Sudomo kerap makan bareng nasi timbel atau menu favoritnya lobster alias udang besar.
Di mata Dikun, serta pekerja lain, seperti pembantu rumah tangga dan office boy (OB), Sudomo terkenal baik hati. "Bapak itu orangnya tidak suka pilih-pilih, sehabis sholat Jumat, bapak pasti ngajak kita makan bersama."
Zaenudin, OB yang sudah bekerja selama lima tahun dengan Sudomo membenarkan bahwa majikannya sosok religius dan akrab dengan cucunya. "Terutama sejak beliau menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Agung," kata Zaenudin. "Dengan Mauren (3), bapak juga bercanda dan menemaninya."
Meski dikenal humoris dan rendah hati, di dalam mobil, Sudomo lebih banyak diam. "Hanya sesekali keluar suaranya kalau kami akan isi bensin," Zaenudin menuturkan sangat lepas kenangannya bersama Sudomo.
Pagi tadi, Rabu 18 April 2012, pukul 10.05, tim dokter menyatakan Sudomo meninggal dalam usia 86 tahun. Perwira yang pernah menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Agung ini meninggalkan empat anak dari istri pertamanya, Sisca Piay, dan enam cucu. Mantan Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban 1978-1983, lembaga represif zaman Orde Baru, itu akan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata pukul 10.00 besok.
Pria kelahiran Jawa Timur, 20 September 1926, ini juga satu dari banyak tokoh intelijen Indonesia, selain L.B. Moerdani dan Yoga Soegama.
AYU PRIMA SANDI