TEMPO.CO, Yogyakarta - Hujan deras yang mengguyur wilayah Yogyakarta menjadi berkah tersendiri bagi para penarik andong (kereta kuda), khususnya di kawasan Malioboro. Tumidjan, penarik andong yang biasa mangkal di depan Malioboro Mall, menuturkan pada musim liburan panjang akhir kali ini andongnya cukup laris diserbu wisatawan.
"Apalagi kalau hujan deras begini, malah lumayan laris, sehari bisa sampai lima kali," kata anggota paguyuban penarik andong Bantul Selatan itu ketika ditemui Tempo, Sabtu 7 April 2012. Pada hari biasa, para penarik andong di kawasan Malioboro rata-rata hanya menarik 1-2 kali.
Baca Juga:
Para wisatawan, menurut dia, biasanya minta diantar untuk berkeliling sekadar melihat suasana kota yang diguyur hujan, melintasi keraton, juga pusat oleh-oleh batik di jalan Rotowijayan. "Paling banyak minta diantar ke Pathuk untuk beli bakpia dan oleh-oleh," ujar Tumidjan.
Tarif untuk berkeliling dengan andong ini bervariasi. Untuk jarak lumayan jauh seperti melintasi Malioboro, Keraton Yogyakarta, Jalan Roto Wijayan, Jalan Bhayangkara (kawasan Bakpia Pathuk), sampai ke Malioboro lagi dikenai tarif Rp 75 ribu-100 ribu. Jika hanya melintasi Malioboro langsung ke Pathuk tarifnya Rp 50 ribu.
Tumdijan menuturkan di Malioboro para penarik andong saling berbagi shift beroperasi dua kali, yakni pagi-siang dan siang-malam. Pada malam hari biasanya berakhir pukul 23.00 WIB. Ada 100 lebih andong yang beroperasi untuk dua shift tersebut.
Wisatawan asal Jakarta, Mariati, menuturkan naik andong berkeliling Yogyakarta menjadi pengalaman yang menyenangkan yang tak dijumpainya di Jakarta.
"Apalagi pas hujan begini, naik andong jadi tambah romantis," kata ibu satu anak yang telah berada di Yogyakarta sejak Jumat lalu itu.
PRIBADI WICAKSONO