TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh filsafat dan agama Franz Magnis Suseno mengingatkan pemimpin Indonesia agar tidak banyak mengeluh. Menurut dia, Indonesia saat ini butuh pemimpin yang punya misi nyata dan konkret.
"Kalau loyo, lemas gimana bisa memimpin. Ngeluh juga tidak cukup," kata dia di diskusi "Meneladani Misi Profetik dalam Kepemimpinan Nasional" di Megawati Institute, Jakarta, Selasa, 28 Februari 2012.
Pemimpin nasional, kata dia, harus bisa memimpin secara demokratis. Termasuk berani mengambil keputusan tidak populer dan menghasilkan integritas. Bukan berarti pemimpin tidak bisa melakukan manuver politik. Licik boleh saja, "Tetapi orang tahu dia tidak akan mengkhianati bawahan atau rakyat yang memberi amanah," kata Franz.
Perjalanan demokrasi di Indonesia, menurut pria yang akrab dipanggil Romo Magnis ini, sudah mengalami banyak kemajuan dalam 10 tahun terakhir. Misalnya jika ada peristiwa pelanggaran hak asasi manusia atau lainnya di daerah bisa dengan cepat terdengar di wilayah lain atau di pusat. "Tidak ada lagi main culik," kata dia.
Namun, masih ada empat tantangan besar yang harus dihadapi Indonesia. Yang terberat adalah pemberantasan korupsi. Menurut dia ini membusukkan ketahanan bangsa. Tidak mungkin bangsa yang tidak bisa membedakan mana yang jujur dan tidak jujur bisa maju, ujarnya.
Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara ini melanjutkan, segala proses pengambilan keputusan dinodai korupsi. Segala jenis proyek mulai dari pusat dan daerah dikorup sehingga hasil proyek tidak bisa maksimal. Akibatnya tidak pernah ada keputusan terbaik yang bisa dibuat pemimpin.
Tiga tantangan besar lainnya adalah ketidakseimbangan hubungan antara pusat dan daerah, perekonomian yang harus berbasis kerakyatan, dan ancaman fanatisme agama. Fanatisme agama dan premanisme memperlihatkan pelanggaran HAM sekarang dilakukan masyarakat. Padahal, dulu masyarakat bisa hidup berdampingan.
ARYANI KRISTANTI