TEMPO Interaktif, Kupang - Sekitar 300 mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa FKIP se-Nusa Tenggara Timur menggelar aksi unjuk rasa di kantor Gubernur NTT, Kamis, 23 Februari 2012. Mereka menolak penempatan guru dari luar daerah melalui program Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Tertinggal, dan Terluar (SM-3T) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Program SM3T sudah dilaksanakan mulai tahun 2012 ini di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Papua, Sulawesi Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Di Nusa Tenggara Timur, para guru yang mengikuti program SM-3T berjumlah 1700 orang dan ditempatkan di 10 kabupaten.
Koordinator Forum Komunikasi Mahasiswa FKIP, Fredy Kaseh, mengatakan pemerintah daerah terkesan melempar tanggung jawab kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atas program tersebut. Padahal, para bupati dan wali kota serta gubernur sendiri ikut terlibat dalam pemnyusunan rencana program SM-3T.
Padahal, menurut dia, setiap tahun sekurang-kurangnya 2000 wisudawan tenaga kependidikan belum mendapatkan pekerjaan. Bahkan, ada sebagian yang bekerja sebagai guru honorer dengan upah yang sangat memprihatinkan. "NTT tidak kekurangan guru. Bohong, kalau ada yang katakan NTT kekurangan guru," katanya.
Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur, Esthon Feonay, saat berdialog dengan mahasiswa menjelaskan, prinsipnya pemerintah daerah siap mengakomodir para lulusan FKIP dan STKIP di daerah ini untuk mengikuti program SM-3T mulai tahun 2012.
Menurut Esthon, pemerintah daerah sudah memberikan telaah kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar merekrut para lulusan LPTK dalam program SM-3T, baik untuk ditempatkan di daerah sendiri maupun di daerah lain yang menjadi sasaran program itu.
“Kami sudah bicarakan dengan para bupati dan wali kota untiuk mengusulkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar para lulusan FKIP dan STKIP di daerahnya dapat mengikuti seleksi dalam program tersebut,” tambahnya.
YOHANES SEO