TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo, yakin letusan Merapi berikutnya sebagian besar akan mengarah ke wilayah selatan. “Sebesar 90 persen probabilitas letusan ke arah selatan (Sleman-Yogyakarta) karena kawah yang terbentuk sekarang bukaannya ke selatan,” katanya, Kamis 16 Februari 2012. "Kecil kemungkinan ke utara."
Namun menurut Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta, Sri Sumarti, meski bukaan kawah mengarah ke selatan, letusan Gunung Merapi tetap bisa mengancam kawasan lain seperti Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten. Kawah yang terbentuk saat ini berdiameter sekitar 500 meter.
Subandriyo mengaku masih kesulitan memprediksi rentang letusan Gunung Merapi setelah terakhir meletus akhir 2010 lalu. “Kami belum pernah mengalami fase usai letusan besar seperti 2010 lalu. Jadi untuk letusan selanjutnya kapan masih sangat sulit diprediksi,” ujarnya.
Aktivitas gempa dangkal kembali meningkat beberapa hari terakhir ini. Data BPPTK menyebutkan kegempaan multifase di Gunung Merapi saat ini meningkat cukup tinggi mencapai 20-30 kali per hari. Dua pekan lalu kegempaan tak sampai sepuluh kali dalam sehari. Adapun sepekan terakhir juga terjadi gempa vulkanik B rata-rata lima kali per hari.
Peningkatan kegempaan di Gunung Merapi ini menurut Subandriyo disebabkan oleh kondisi pergerakan magma yang cukup aktif hingga memicu gas vulkanik. Sejumlah faktor seperti ada tidaknya sumbatan keluar gas yang ikut menyebabkan terjadi gempa, retakan, dan aspek multifase. “Untuk saat ini masih sangat dini gejalanya, baru dari sisi gempa. Jadi belum dinaikkan statusnya, masih normal,” kata dia. Pada erupsi 2010 status waspada ditetapkan setelah terjadi ratusan kali gempa multifase dalam sehari.
Selain kegempaan, juga dilihat aspek deformasi. Data deformasi awal September sampai terjadinya erupsi tahun 2010 intensitasnya mencapai tiga meter. "Deformasi sekarang masih nol. Artinya belum terjadi pembengkakan," kata dia.
Masalahnya, kata Subandriyo, rentang waktu letusan Merapi tak bisa diukur secara definitif, misalnya diprediksi empat tahunan sekali. Pasalnya ada banyak perubahan kondisi Merapi yang terbilang sangat aktif. Misalnya, setelah letusan 1931, tiga tahun kemudian kembali terjadi letusan (1934). Bahkan rentang letusan pada 1997 sangat pendek, cuma setahun yakni pada 1998. Subandriyo menilai karakter letusan 2010 mirip dengan letusan 1972, yang terjadi lagi delapan tahun kemudian.
PRIBADI WICAKSONO