TEMPO.CO, Jakarta - Penulis buku kontroversial Gurita Cikeas, George Junus Aditjondro, mengaku menjadi tuna wisma sejak diusir dari kediamannya oleh sekelompok orang pada Desember 2011. "Sejak saat itu saya menjadi homeless (tuna wisma)," ujarnya kepada Tempo, Senin 6 Februari 2012.
Pengusiran itu dilakukan oleh puluhan warga Yogya yang merasa tersinggung atas pelesetan George dalam sebuah diskusi publik kampus Universitas Gadjah Mada pada 30 November 2011. Ia dituding sengaja menghina Keraton Yogyakarta, dengan mengatakan Keraton singkatan "kera ditonton" pada diskusi itu. (Baca:Dinilai Lecehkan Keraton, Aditjondro Dilaporkan)
Buntut pengusiran dirinya dari Yogya, membuatnya harus pindah dari satu tempat ke tempat lain. "Hidup saya nomaden dari satu hotel ke hotel lain," katanya. Tidak kuat atas mahalnya biaya hotel, ia kini memilih untuk pindah ke Jakarta, menumpang tinggal di rumah kerabat-kerabatnya. "2 Desember 2011 menjadi tanggal yang keramat buat saya."
George dua kali berusaha menemui Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan, Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, tapi gagal. Dia berharap jika bertemu Sultan bisa menjelaskan konteks ucapannya dalam diskusi itu. (Baca: George Aditjondro Gagal Bertemu Sultan)
Puluhan orang berpakaian hitam mengusir George dari rumah kontrakannya di kawasan Gejayan Yogyakarta. "Mereka melalui ketua rukun tetangga memberikan karcis bus supaya saya pulang ke Semarang," katanya. "Untuk apa ke Semarang, orang tua saya sudah tidak ada."
Tapi, katanya, istrinya masih diizinkan tinggal di rumah itu untuk menyelesaikan pendidikannya. "Ia masih diizinkan tingal di situ untuk menyelesaikan desertasinya," ujar bekas wartawan Tempo ini.
Sosiolog yang mengajar di Program Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakara ini telah ditetapkan Polda Yogyakarta sebagai tersangka dalam kasus pelesetan itu dengan menggunakan pasal kebencian pada 5 Januari 2012. Sekelompok pendukung Keraton yang menamakan diri Forum Masyarakat Yogyakarta (FMY) melaporkan George kepada polisi.
ANANDA PUTRI