TEMPO.CO, Kediri - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof DR KH Said Agil Siradj melepas pemberangkatan jenazah KH Imam Yahya Mahrus di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Ahad, 15 Januari 2012. Ribuan santri dan ulama berebut melakukan salat jenazah hingga 30 kali.
Sejak disemayamkan di musala Al-Mahrusiyah Lirboyo tadi malam, gelombang pelayat dari berbagai daerah terus mengalir. Mereka antre untuk melakukan salat jenazah dan mendoakan almarhum. Bahkan, hingga pemberangkatan jenazah pukul 10.20 WIB, pelaksanaan salat jenazah yang dilakukan berjemaah mencapai 30 kali. Said Agil sendiri tampak mengikuti salat jenazah pada gelombang ke-29 sesaat sebelum jenazah diberangkatkan.
Kepada para pelayat, Said Agil yang ditunjuk memberikan doa pelepasan jenazah mengatakan Kiai Imam masih memiliki ikatan saudara dengannya. "Beliau adalah kakak misan saya," kata Said, Minggu, 15 Januari 2012.
Kepergian Kiai Imam, menurut dia, adalah pukulan pagi perjuangan Nahdlatul Ulama. Almarhum memiliki semangat taklim dan bermasyarakat yang tinggi hingga kerap mengabaikan kondisinya yang sakit-sakitan. Said mengisahkan ketika Kiai Imam tiba-tiba menghadiri rapat antar-pengurus pondok pesantren atau Robitoh Mahad Islamiyah (RIM) di Jakarta dengan selang yang masih menancap di lambungnya. "Benar-benar pejuang Islam," kata Said.
Adik almarhum, KH Abdullah Kafabihi Mahrus, mengatakan Kiai Imam sudah cukup lama menderita berbagai penyakit. Namun, karena kegigihannya untuk perjuangan, dia tetap menjalankan aktivitas pesantren dan pendidikan. "Mohon doa semoga Bu Nyai (istri Kiai Imam) diberi kesabaran," katanya.
Ribuan santri mengantar kepergian jenazah dari Pondok Pesantren Lirboyo menuju pemakaman keluarga di Pondok Pesantren Al-Mahrus di Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kediri. Mereka diangkut dengan sejumlah truk milik Kepolisian Resor Kediri Kota ke lokasi pemakaman yang berjarak empat kilometer dari pondok. Sejumlah kiai hadir dalam pemberangkatan jenazah. Di antaranya KH Maimun Zuber dari Rembang, KH Masduki dari Malang, KH Aziz Mansur dari Jombang, dan KH Nurul Huda Jazuli dari Ploso.
Wakil Presiden Boediono tampak mengirimkan karangan bunga ke rumah duka sebagai bentuk duka cita.
HARI TRI WASONO