TEMPO Interaktif, Makassar - Untuk mengantisipasi kembali merebaknya penyakit avian influenza atau flu burung pada ternak ayam di Sulawesi Selatan, Dinas Peternakan Sulawesi Selatan mengimbau para peternak menjaga kebersihan lingkungan peternakan. Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Sulawesi Selatan Muhammad Kafil mengatakan musim hujan adalah musim virus flu burung rentan dalam penyebarannya. “Namun hal ini bisa diatasi dengan menjaga kebersihan, terutama sanitasi di area peternakan,” kata Kafil, Rabu 11 September 2012.
Kafil menjelaskan perbaikan manajemen peternakan adalah upaya yang dinilai paling efektif dalam mencegah kemunculan penyakit flu burung. Kondisi peternakan yang lembap dan kurang mendapat sinar matahari menurut dia adalah salah satu pemicu. Di samping itu, peternak kadang tidak terlalu memperhatikan tata cara yang dianjurkan dalam membersihkan kotoran ternak. “Khusus di Sulawesi Selatan, ada sebagian kecil wilayah peternakan yang sudah bagus bio security-nya.”
Pakar epedemiologi dari Universitas Hasanuddin Profesor Arsunan Arsin mengatakan sekali virus flu burung muncul, penyakit ini akan terus ada. Arsunan mengingatkan pemerintah untuk tetap waspada. “Sudah menjadi kebiasaan, virus yang datang dari luar negeri, sekali masuk akan sulit diusir,” kata dia.
Di samping itu, karena flu burung adalah penyakit lintas area, menurut Kafil, pemerintah akan memperketat pengawasan pengiriman unggas antardaerah. “Setiap unggas yang diantarkotakan harus dilengkapi surat keterangan asal daerah sebagai jaminan kepada masyarakat,” katanya. Dia juga mengaku telah melayangkan surat kepada setiap pemerintah daerah agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan munculnya virus ini kembali.
Kafil menambahkan semua daerah kabupaten di Suawesi Selatan sudah endemis flu burung. Penyakit flu burung mulai ditemukan di Sulawesi Selatan sejak tahun 2005 dan sejak itu selalu muncul tiap tahun. Tahun 2011 kemarin jumlah kematian ternak unggas paling banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya, yakni mencapai 370.981 ekor. Kerugian terbesar terjadi di Kabupaten Sidrap sejumlah 343.241 ekor.
Kematian terbanyak terjadi pada ayam ternak komersial karena banyaknya jumlah ternak dalam 1 kandang. “Jika 1 ekor ternak tertular, dianggap ternak yang berada dalam satu kandang juga sudah tertular karena cepatnya penyebaran virus ini,” ucap Kafil.
Untuk tahun 2012, ia menjelaskan, Dinas Peternakan Sulawesi Selatan menyiapkan anggaran sebesar kurang lebih Rp 1 miliar yang berasal dari dana APBD untuk antisipasi merebaknya kembali virus flu burung. Jumlah anggaran tahun ini kata dia hampir sama dengan anggaran yang disiapkan tahun lalu. Namun karena anggaran masih kurang, menurut Kafil, ada bantuan tambahan Food and Agriculture Organization (FAO).
ANISWATI SYAHRIR