Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

RI Harus Hati-hati Sikapi Konflik di Papua Nugini  

image-gnews
Peter O'Neill. AP/Mary Altaffer
Peter O'Neill. AP/Mary Altaffer
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia (UI), Hariyadi Wiryawan, menilai Indonesia harus tetap bisa berhati-hati menyikapi jeratan konflik politik internal di Papua Nugini. Hariyadi menilai konflik internal dalam pemerintahan Papua Nugini sangat mungkin terbawa dalam kasus protes terhadap intersepsi tersebut sangat mungkin benar.

"Karena dalam pemerintahan Papua Nugini sendiri ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan kebijakan Indonesia dalam menangani masalah di Papua. Bisa saja hal itu terkait," kata Hariyadi kepada Tempo, Senin, 9 Januari 2012. (baca: Tolak Usir Dubes RI, PM PNG Terancam Dikudeta)

Apalagi di tengah upaya penyelesaian itu sempat muncul ancaman dari Papua Nugini untuk menarik Duta Besar Papua Nugini untuk Indonesia serta mengusir Duta Besar RI Andreas Sitepu dari Port Moresby. "Jika kemudian asumsi itu meluas ke arah upaya pemutusan diplomatik pun bisa saja," ujarnya.

Hariyadi menilai pemerintah Indonesia memang harus bersikap hati-hati untuk menangani masalah ini. "Kita tetap harus memilih tindakan diplomatik yang tepat. Karena bagaimanapun juga Papua Nugini penting untuk Indonesia dan juga sebaliknya," ujarnya. Adanya keinginan Papua Nugini untuk masuk keanggotaan ASEAN juga menjadi bukti pentingnya hubungan kedua negara ini.

Sejauh ini Hariyadi menilai tindakan yang dilakukan pemerintah Indonesia menyikapi masalah intersepsi sudah tepat. Mendatang, Indonesia memang harus terus bisa menjaga hubungan diplomatik agar konflik politik yang terjadi di Papua Nugini tidak berimbas pada putusnya hubungan diplomatik antara kedua negara ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pencegatan terhadap pesawat jet Falcon yang ditumpangi Wakil Perdana Menteri Papua Nugini Belden Namah berlangsung pada 29 November 2011 lalu. (Baca: Insiden Pencegatan 37 Menit). Insiden itu mencuat ke publik setelah Wakil Perdana Menteri Papua Nugini Balden Namah, melalui media massa, mengancam mengusir Duta Besar RI Andreas Sitepu dari Port Moresby, ibu kota negaranya. Namun akhirnya, Perdana Menteri Papua Nugini O'neil memberikan pandangan bahwa tidak akan ada pemutusan hubungan diplomatik dari kejadian tersebut. (Siapakah Belden Namah, Penumpang Jet PNG?)

O'neil pun mengklarifikasi bahwa pesawat jet Falcon yang digunakan Deputi Perdana Menteri Belden Namah merupakan pesawat carteran pribadi, bukan digunakan untuk urusan negara. Untuk mencegah kejadian serupa, otoritas setempat diminta untuk melakukan penyelidikan internal.

EZTHER LASTANIA



Berita Terkait
Siapakah Belden Namah, Penumpang Jet PNG?
Ini Kesaksian Pilot Jet Falcon Papua Nugini
Unjuk Rasa di Kedubes RI Port Moresby Dibubarkan
Hikmahanto: Cari Tahu Apa Penyebab PNG Marah
Beginilah Aksi 37 Menit 'Menjepit' Jet Papua Nugini I

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill Mundur

26 Mei 2019

Perdana Menteri Papua Nugini, Peter O'Neill.[REUTERS]
Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill Mundur

Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill mengumumkan pengunduran dirinya pada hari Minggu setelah berminggu-minggu desakan dari lawan politiknya.


PNG Tegaskan Papua Bagian Integral Indonesia  

30 September 2016

Massa dari Aliansi Mahasiswa Papua mengenakan baju adat Papua saat menggelar aksi
PNG Tegaskan Papua Bagian Integral Indonesia  

Papua Nugini menegaskan kembali sikapnya bahwa Provinsi Papua merupakan bagian integral dari Republik Indonesia.


Eks Presiden PNG Somare Terlibat Pencucian Uang di Singapura  

9 September 2016

PM Papua Nugini Michael Somare. telegraph.co.uk
Eks Presiden PNG Somare Terlibat Pencucian Uang di Singapura  

Pengadilan Singapura menyatakan pendiri Papua Nugini yang juga presiden pertama PNG, Michael Somare, menerima dana pencucian uang sebesar Rp 10,2 miliar.


Sekjen ULMWP Octovianus Mote Dilarang Masuk Papua Nugini  

30 Mei 2016

Octovianus Mote. pacific.scoop.co.nz
Sekjen ULMWP Octovianus Mote Dilarang Masuk Papua Nugini  

Sekretaris Jenderal ULMWP, organisasi payung seluruh organisasi perjuangan kemerdekaan Papua, Octovianus Mote, ditolak masuk Papua Nugini.


Dituduh Korupsi, PM Papua Nugini Didesak Mundur

26 Mei 2016

Perdana Menteri Papua Nugini, Peter Charles Paire O'Neill beserta istri Lynda May Babao. TEMPO/Subekti
Dituduh Korupsi, PM Papua Nugini Didesak Mundur

Para mahasiswa Papua Nugini mendesak Perdana Menteri Peter O'Neill mundur karena terlibat korupsi.


Papua Nugini: Forum Pasifik Ingin Papua Self-Determination

26 Mei 2016

Peter O'Neill. AP/Mary Altaffer
Papua Nugini: Forum Pasifik Ingin Papua Self-Determination

Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill mengatakan pimpinan forum Pasifik ingin Papua menentukan nasibnya sendiri (self-determination).


Papua Nugini Tutup Kamp Pengungsi Australia

27 April 2016

Ilustrasi imigran gelap. ANTARA/Asep Fathulrahman
Papua Nugini Tutup Kamp Pengungsi Australia

Selama ini, Australia membayar Papua Nugini dan pulau milik bangsa Nauru untuk didirikan kamp penahanan pengungsi.


Berusaha Kabur, Polisi Papua Nugini Tembak Mati 11 Tahanan  

26 Februari 2016

Ilustrasi. gizmodo.com
Berusaha Kabur, Polisi Papua Nugini Tembak Mati 11 Tahanan  

Polisi Papua Nugini menembak mati 11 tahanan dan melukai 17 lainnya saat mengejar tahanan penjara yang kabur.


Bagi Perempuan, Papua Nugini Tempat Terburuk di Dunia

27 Januari 2016

Suku Huli Wigmen ini terkenal dengan hiasan kepala yang dibuat dari rambutnya sendiri hidup di Papua Nugini. Di pulau yang sama juga hidup suku terasing yang terkenal dengan ornamen ukirannya yaitu suku Dani dan Asmat dari Papua, Indonesia. Dailymail.co.uk/Jimmy Nelson
Bagi Perempuan, Papua Nugini Tempat Terburuk di Dunia

Polisi minta bayaran untuk mengusut perkosaan.


Dua WNI Disandera di Papua Nugini  

14 September 2015

Monumen persahabatan antara dua negara di perbatasan Indonesia - Papua Nugini, 26 Juli 2015.  TEMPO/Maria Rita Hasugian
Dua WNI Disandera di Papua Nugini  

Komunikasi intens dijalin antara Konsulat RI Vanimo dan militer Papua Nugini terkait dengan sandera dua WNI di Papua Nugini.