TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Kesehatan mengeluarkan hasil riset Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku terbaru mengenai HIV/AIDS di Indonesia. Dari riset yang dilakukan Januari hingga Maret 2011, ditemukan pengguna napza suntik (penasun) paling rentan terkena virus HIV/AIDS.
"Prevalensi HIV tertinggi ditemukan di penasun, kemudian berturut-turut diikuti oleh waria, wanita penjaja seks langsung, lelaki seks dengan lelaki, narapidana, wanita penjaja seks tidak langsung, dan pria berisiko tinggi," ujar Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, M. Subuh, dalam acara peluncuran STBP 2011 di Kementerian Kesehatan, Kamis, 1 Desember 2011.
Subuh mengatakan survei yang mengikutsertakan 24 ribu lebih responden itu mendata populasi berusia 15 tahun ke atas yang berisiko tinggi tertular HIV dan masuk ke dalam populasi rawan tertular. Adapun survei ini merupakan yang ketiga kalinya dilakukan sejak tahun 2007 dan terakhir 2009 yang dilakukan di 11 provinsi tersebar di seluruh Indonesia.
"Di tahun sebelumnya, prevalensi HIV pada penasun lebih tinggi, yaitu 52,4 persen dan menurun menjadi 42,4 persen di tahun ini," katanya.
Data temuan terbaru ini dapat dikatakan ironis. Pasalnya, pengetahuan yang komprehensif mengenai HIV secara keseluruhan terbilang minim. Namun untuk kelompok responden penasun memiliki tingkat pengetahuan komprehensif yang tertinggi dari kelompok lainnya. "Pengetahuan komprehensif tertinggi ditemui pada kelompok penasun, yaitu 44 persen, dan terendah ada di napi sebanyak 12 persen," papar Subuh.
Meski begitu, ia melanjutkan, terdapat perubahan tren perilaku menyuntik. Dari data ditemukan sebanyak 87 persen responden atau naik 3 persen yang menyatakan tidak berbagi jarum suntik dengan pengguna lainnya. Tiga puluh persen di antara mereka juga diketahui selalu membawa jarum suntiknya sendiri.
Ditemui di tempat yang sama, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tjandra Yoga Aditama menyatakan pemerintah akan melakukan aksi nyata usai didapatkannya data terbaru ini. Salah satunya adalah program peningkatan pengetahuan masyarakat soal HIV/AIDS.
"Soal pengetahuan kelompok masyarakat belum terlalu baik dan ini sejalan dengan masalah stigma di masyarakat kita, karena itulah sudah ada program “Aku Bangga Aku Tahu” untuk tingkatkan pengetahuan masyarakat," ujarnya.
Untuk diketahui, penderita HIV/AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai angka 200 ribu jiwa dengan prevalensi naik menjadi 0,24 persen. Untuk kasusnya di tahun 2011 diketahui sebanyak 15.509 dinyatakan positif HIV dan 1.805 yang sudah terkena AIDS.
RIRIN AGUSTIA