TEMPO Interaktif, Tenggarong - Ema Imelda, 36 tahun, korban peristiwa robohnya Jembatan Tenggarong yang menghubungkan Samarinda dan Tenggarong, masih menunggu suaminya, Iskandar, dan putrinya, Cinta, 5 tahun, yang kini masih hilang di sungai. Ema selamat dari peristiwa nahas tersebut setelah dibawa ke pinggir sungai oleh suaminya.
Sang suami hilang bersama anaknya dan belum ketemu lantaran ingin menyelamatkan sang putri. "Begitu bisa bawa Ema ke pinggir sungai, Iskandar terjun ke sungai cari anaknya dan hilang sampai sekarang," kata sahabat Ema, Yuni Nuni, 36 tahun, kepada Tempo yang menghubunginya, Ahad, 27 November 2011.
Yuni masih terisak-isak ketika menceritakan peristiwa ini kepada Tempo. Saat dihubungi Tempo, dia berada di Rumah Sakit Parikesit Tenggarong menengok Ema yang luka lebam dan masih dalam kondisi syok. Yuni mengaku sebagai teman SD Iskandar, suami Ema. Adapun Ema adalah teman sebangku Yuni di bangku SMA.
Dari cerita singkat Ema, pasangan suami-istri yang tinggal di Tenggarong ini berwisata dengan putri semata wayangnya ke Samarinda dengan sepeda motor. "Kalau weekend kan mereka jalan-jalan melintasi jembatan menuju Samarinda," kata Yuni.
Dari Kota Tenggarong, Samarinda hanya ditempuh 30-40 menit. Kalau melalui jalur Lawo Jaman perjalanan ditempuh lebih dari satu jam. "Jadi kalau mau ke Samarinda paling cepat ya lewat jembatan itu," kata Yuni. Nah, hari nahas itu terjadi ketika mereka perjalanan pulang dari Samarinda-Tenggarong.
Yuni mengaku kondisi Ema masih lemah. "Dia terus menangis dan minta dicarikan anak dan suaminya," kata Yuni. Kecelakaan itu sendiri menyebabkan luka lebam di tubuh Ema. Selain itu seluruh alat komunikasi dan tas Ema hilang tercebur di sungai.
Yuni juga mengaku tiga orang tetangganya yang menggunakan mobil belum ditemukan hingga saat ini. "Kebanyakan korban hilang yang naik mobil," katanya.
Sementara itu Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pemerintah akan membangun pelabuhan darurat untuk penyeberangan ferry di dekat jembatan yang runtuh. "Agar aktivitas sosial ekonomi masyarakat di Kukar tetap berjalan," kata Sutopo melalui BlackBerry Messenger.
Pembangunan pelabuhan penyeberangan darurat ini karena jembatan Tenggarong merupakan prasarana ekonomi strategis yang menghubungkan Kukar dan daerah lainnya. Besarnya dana dan spesifikasi teknis sedang disiapkan. "Anggaran diambil dari dana on call," katanya.
Hingga saat ini upaya pencarian dan penyelamatan korban dilanjutkan. Pagi tadi Tim Basarnas diberangkatkan dengan pesawat Hercules dari Halim Perdanakusuma. Basarnas akan memberangkatkan tim ahli SAR dan peralatan untuk melakukan pencarian dan penyelamatan korban. "Kedalaman sungai sekitar 40 meter dengan arus sungai yang deras, sehingga cukup menyulitkan pencarian," kata dia.
BERNADA RURIT