TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md menilai banyak pejabat yang minta dihormati secara berlebihan dan suka pamer kekayaan. "Gila hormat" ini, menurut dia, merupakan bibit korupsi. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas dalam pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis pekan lalu, juga menyoroti perilaku pejabat publik yang melipatgandakan modal lewat korupsi.
Pernyataan kedua pejabat itu mendapat reaksi dari politikus. Soal pamer harta tak dibantah sejumlah anggota DPR. Politikus Partai Golkar, Bambang Soesatyo, misalnya, tak segan membeberkan mobil mewahnya ke media massa. Anggota Komisi Hukum DPR RI ini membeli Bentley Continental seharga Rp 5 miliar (Klik: Mobil Ini Dipakai Bambang Soesatyo).
Bambang kerap menggunakan mobil itu untuk bertugas ke Senayan. Ia berkilah telah menjadi pengusaha sebelum di DPR, sehingga masih terbawa gaya perlente sebagai pengusaha. "Kalau memang sudah kaya terlebih dahulu, apa harus pura-pura miskin?"
Tak semua pejabat negara "gila hormat" dan gemar pamer kekayaan, tentu saja. Tengoklah penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdullah Hehamahua. Calon pemimpin KPK ini tinggal di rumah petak kontrakan di daerah Matraman, Jakarta Timur.
Tempo pernah berkunjung ke rumah yang berada di gang padat penduduk. Abdullah menjemput Tempo di mulut gang agar tidak tersesat mencari rumahnya. Ia menerima Tempo di ruang tamu 3x4 meter persegi, duduk lesehan karena memang tak ada sofa di ruang itu. Sebagai pengusir gerah, Abdullah memasang kipas angin.
Baca Juga:
Abdullah mengontrak rumah itu sejak tiga tahun lalu agar bisa selalu datang sebelum pukul tujuh pagi di kantor. Rumahnya berada di Depok, Jawa Barat. Sebelum tinggal di Matraman, Abdullah kos di belakang penjara Salemba, Jakarta Pusat. Kenapa gak menyewa apartemen? "La, gaji saya nggak seberapa. Mana cukup," ujar Abdullah.
YANDI