TEMPO Interaktif, Jakarta--Acara puncak kontes keajaiban dunia tinggal dua hari lagi. Namun perang opini masih terus berlangsung antara penyelenggara New7Wonders dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein, Djoko Susilo.
Djoko sempat melemparkan surat elektronik yang isinya menyebutkan News7Wonders sebagai yayasan bangkrut.Tudingan itu segera dibalas News7Wonders. Dalam surat yang diterima Tempo, News7Wonder menyindir duta besar supaya belajar lagi bahasa Jerman dan pengetahuan bisnis.
"Tolong kirimkan dia Kamus Swiss German - Bahasa Indonesia lewat pos," kata Direktur Pengembangan Usaha New7Wonders, Jean-Paul de la Fuente.
Jean-Paul de la Fuente mengirim jawaban itu melalui Pendukung Pemenangan Komodo (P2K). Berikut jawaban New7Wonders menanggapi pernyataan KBRI Bern Swiss:
1. N7W AG (Allgemeine Gessellschaft/Perusahaan Terbatas) benar dibentuk pada 2000, pada saat itu dinilai sebagai cara yang tepat untuk mengelola aspek bisnis dari kampanye N7W (karena Yayasan tidak bisa mengelola aspek bisnis).
2. Pada 2003 perusahaan N7W AG ditutup, diikuti prosedur standar untuk menutup perusahaan yang kemungkinan sama di berbagai belahan dunia. Sejak 2004, aspek bisnis global dari kampanye N7W, dan artinya selama 7 tahun terakhir (!) telah dikelola oleh NOWC Panama, tangan lisensi komersil dari kampanye N7W.
3. N7W AG dikategorikan BUKAN bangkrut, pernyataan yang menyebutkan itu menyesatkan dan salah. Dubes RI untuk Swiss perlu meningkatkan kemampuan bahasa Jerman dan keahlian pengetahuan dalam berbisnis. Standar dan aturan pembubaran perusahaan yang sangat teliti di Swiss, adalah demikian: penutupan perusahaan yang sederhana. Tolong kirimkan dia (Dubes RI-red) Kamus Swiss German - Bahasa Indonesia lewat pos.
4. Secara ringkas, seperti juga perusahaan lain, sewaktu-waktu diperlukan untuk membuat perubahan di dalam struktur perusahaan. Itu yang secara sederhana terjadi pada 2003-2004.
5. Kami akan mempertimbangkan mengambil tindakan hukum terhadap Duta Besar. Dia tentu saja dilindungi oleh kekebalan diplomatik, namun dia tidak memiliki sopan santun (dalam hal protokol diplomatik). Ia pernah membuat janji bertemu kami, sekarang ia bersembunyi di balik kekuatan diplomatik pengecut, dan mengeluarkan pernyataan palsu tentang N7W. Kami tertarik pada nasehat hukum Anda untuk menuntut ganti rugi di Jakarta, jika mungkin.
ILHAM