TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menegaskan takdirlah yang membawanya sebagai Presiden Indonesia kelima. Menurutnya, meskipun sempat menjadi Wakil Presiden dari Abdurrahman Wahid, nasib ternyata membawanya kepada kursi presiden juga.
"Ketika saya diminta jadi presiden, saya bilang begini, garis tangan itu Allah yang punya," kata dia menjawab pertanyaan seorang finalis Lomba Cerdas Cermat Empat Pilar Kehidupan Bangsa, Pratiwi, dari SMA Teras Jambi, di kediamannya, Sabtu, 29 Oktober 2011.
Dalam dialog, Pratiwi menanyakan perasaan Mega saat menggantikan Abdurrahman Wahid pada 1999 lalu. Mega pun menceritakan soal kondisi politik saat itu yang mengharuskannya berkompromi sehingga awalnya harus menjadi wakil presiden dari Gus Dur, sapaan Abdurrahman Wahid. "Pemilu 1998 itu PDIP yang menang. Kalau mengikuti alurnya, saya berkesempatan jadi orang pertama (presiden). Tapi karena ini politik, saya terpaksa jadi wapres. Tapi itu semua saya jalankan saja," dia menuturkan.
Menurut Mega, dirinya sempat dilecehkan saat hendak maju sebagai Presiden. "Saya dibilang, mana bisa seorang perempuan jadi presiden, saya marah besar, saya lawan, akhirnya saya jadi presiden," ujarnya.
Abad 21, kata dia, merupakan abadnya perempuan. Saatnya perempuan menjadi pemimpin. Sejauh ini, menurutnya, perempuan telah menunjukkan tajinya di dunia. "Saya lihat beberapa penerima nobel tahun ini saja ada dua perempuan," ujar Mega didampingi Ketua MPR Taufik Kiemas, Ketua DPD Irman Gusman, serta jajaran pimpinan DPD dan MPR lainnya.
Ia pun mendorong perempuan Indonesia masuk dunia politik. Menurutnya, stigma bahwa perempuan harus berada di belakang pria itu salah. Islam pun mengajarkan perempuan untuk menjadi pemimpin. "Jadi, salah kalau orang bilang dalam Islam perempuan itu harus di belakang," tuturnya.
FEBRIYAN