TEMPO Interaktif, Jakarta - Ricuh dalam Kongres Papua III di Lapangan Sepak Bola Zakeus, Padang Bulan, Abepura, Jayapura, Rabu 19 Oktober 2011 lalu, sudah diprediksi sebelumnya. Indikasinya sudah tampak jauh hari sejak terbentuknya perwakilan Papua Merdeka di beberapa negara tetangga, seperti Vanuatu dan Australia. Selain itu, juga terlihat dari gerakan-gerakan yang dilakukan di dalam negeri, baik melalui tindakan langsung maupun diskusi-diskusi mengenai Papua Merdeka.
“Gerakan ini tampak jelas. Kami juga sudah sampaikan kepada pemerintah, namun pemerintah kurang memperhatikannya secara khusus,” kata Wakil Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat, TB Hasanuddin, saat dihubungi hari ini, Jumat, 21 Oktober 2011.
Menurut Hasanuddin, DPR juga sudah mengajak pemerintah untuk berdialog soal indikasi tersebut melalui Kepala Badan Intelijen Negara, Panglima TNI, Menteri Luar Negeri, LIPI, dan para pakar yang memahami masalah Papua.
Seperti dikabarkan sebelumnya, sekitar 4.000 orang menggelar Kongres Rakyat Papua III pada Rabu lalu. Kongres yang dibuka Ketua Dewan Adat Papua Forkorus Yeboisembut tersebut kemudian mendeklarasikan berdirinya negara Papua Barat sekaligus memilih presiden dan perdana menterinya.
Akibatnya, polisi melakukan pembubaran paksa yang menewaskan empat orang. Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Papua Mathius Murib mengatakan empat peserta yang tewas adalah Daniel Kadefa, Maxsasa Y., Yakob Samonsabra, dan Aza Yeuw, yang merupakan anggota Pasukan Penjaga Papua. Mathius Murib mengungkapkan, mereka tewas tertembak.
Namun, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam di Jakarta membantah kabar tersebut. Ia mengatakan korban yang ditemukan sehari setelah kejadian tak jauh dari lokasi kongres tewas bukan akibat luka tembak.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Wachyono mengatakan polisi tengah mengejar Ketua Panitia Kongres Selpius Obi. Saat ini Polda Papua sudah menahan lima tersangka.
Mereka adalah Ketua Dewan Adat Papua Forkorus Yeboisembut, yang oleh Kongres didapuk menjadi Presiden Papua Barat; Edison Gladius Waromi dari Otorita Nasional Papua Barat, yang didaulat menjadi Perdana Menteri Papua Barat; August Makbrawen Sananay Kraar; dan aktivis HAM Papua, Dominikus Sirabut.
Menurut Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, karena sudah dinilai makar, aparat kepolisian menggerebek lokasi Kongres Rakyat Papua III di Abepura, Jayapura, pada Rabu lalu itu. "Mereka mendirikan negara dalam negara dan tidak mengakui Presiden Republik Indonesia," kata Djoko di sela-sela aktivitas mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja ke Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis kemarin.
Gerakan Papua Merdeka sendiri menurut Hasanuddin hanya terjadi pada kalangan elite Papua saja. Sementara, masyarakat akar rumput di Papua tak terlalu perduli dengan masalah tersebut. "Perhatian mereka sudah sangat tersita pada masalah-masalah harian seperti makan dan kesehatan,” katanya.
FRANSISCO ROSARIANS | JERRY OMONA