TEMPO Interaktif, Jakarta -Polah Ketua DPR, Marzuki Alie kembali mengundang tanda tanya publik. Ketika rombongan anggota DPR berangkat ke forum Inter-Parliamentary Union di Bern, Swiss membidik posisi Ketua IPU, ia bersikap sebaliknya. Apa alasan Marzuki bersikap demikian?
Marzuki menjelaskan, sejak awal tahun ini, dalam forum serupa di Kanada, Indonesia diwakili Hidayat Nur Wahid selaku Ketua Badan Kerjasama Antarparlemen (BKSAP) sudah menyatakan sikap akan mendukung Maroko sebagai ketua IPU. Sebab, negara itu yang sudah didukung oleh negara-negara Arab dan Afrika. Negara-negara Arab tersebut juga tergabung bersama Indonesia di perkumpulan parlemen negara Organisasi Konferensi Islam (OKI). Pada titik inilah Indonesia punya kepentingan. "OKI akan ada hajatan di Indonesia, Januari 2012. Supaya mereka menyukseskan hajatan kami juga, gitu," ujar dia via telepon, Sabtu 15 Oktober 2011.
Faktor lain, DPR ingin fokus pada pembenahan internalnya. Kata Marzuki, sudah cukup Indonesia menjadi ketua ASEAN dan ketua parlemen negara anggota OKI. "Kita ini (jadi ketua) sudah terlalu banyak. Sudahlah, kita konsentrasi membenahi internal supaya internal kita lebih baik," jelasnya. Lagipula delegasi Indonesia di sidang IPU hanya enam orang. "Kalau kita kita ada cita-cita mau merebut (kursi) presiden (IPU), kita kirim paling enggak 30 orang," tambahnya.
Ia menyayangkan sikap anggota DPR Komisi Keuangan dan Perbankan, Meutya Hafid yang buka suara di situs jejaring sosial, Twitter soal komplainnya mengenai sikap Marzuki. Meutya tak sepakat dengan Marzuki. Pasalnya, Wakil Ketua BKSAP, Nurhayati Assegaf telah bersedia mencalonkan diri mewakili Indonesia jadi ketua IPU. Marzuki menyebut, Meutya tidak mengerti masalah ini secara keseluruhan. "Dia enggak ngerti tapi memberitakan seolah-olah saya yang membuat malu delegasi," ujar Marzuki.
Justru menurutnya, Meutya yang kurang paham misi Indonesia di IPU. "Lhah, itu artinya dia enggak mendapat pengarahan Pak Hidayat. Masa berangkat enggak ngerti misi Indonesia? Pada waktu berangkat kan sudah ditetapkan, untuk pemilihan kita milih A." Ia mengimbuhkan, "Makanya saya marah sama dia (Meutya). Anda itu sebagai anggota delegasi harus tau misi pada saat mau berangkat itu apa? Baca dulu semuanya. Jangan kaget di atas pesawat."
Politisi Partai Demokrat ini menerangkan, Hidayat telah memberi penjelasan pada delegasi Indonesia bahwa dalam sidang IPU tanggal 15 hingga 19 Oktober ini, Indonesia bakal memberi suara buat Maroko. Ketika Nurhayati hendak mencalonkan diri dulu, wanita yang juga kader Demokrat ini mengirim surat pada pimpinan DPR. "Pimpinan itu kan empat. Karena yang bersangkutan (Nurhayati) kader demokrat, saya absen. Nah, keempat-empatnya ini memutuskan menolak," tutur dia. Marzuki menambah, "Jangan dikira saya enggak suka orang Demokrat naik. Ya saya senang, tapi masalahnya ini kan lembaga."
Menurut Marzuki, Nurhayati seharusnya fokus mengurus komisinya, Komisi Luar Negeri. "Bu Nurhayati itu seharusnya konsentrasi tugas di Komisi I, tapi dia sukanya melanglang buana begitu. Kan ada yang suka begitu," ujar dia. Apalagi, Marzuki menilai, IPU bukan forum yang menjadi prioritas Indonesia. "IPU tidak terlalu pentinglah bagi kita, kalau negara-negara ASEAN, negara-negara OKI, itu pentinglah."
Kata Marzuki, Indonesia mengikuti forum IPU hanya untuk membantu kerja eksekutif dengan memberi masukan berdasar dilaog di sana. Selain itu, "Di situ kita lebih banyak lobi bilateral, misalnya waktu ada masalah TKI." Sedangkan dalam forum OKI, Indonesia punya kepentingan meloloskan agenda yang menurutnya kini masih disusun. "Apa persoalannya (di OKI), nanti kita rumuskan."
ATMI PERTIWI