TEMPO Interaktif, Jakarta - Seorang pria yang belum begitu dikenal muncul di Puri Cikeas, kemarin. Sambil menebar senyuman, dia bergegas masuk ke rumah Presiden di kawasan Bogor, Jawa Barat, itu. Pria tersebut Inspektur Jenderal di Kementerian Pendidikan Nasional, Musliar Kasim, yang belum lama dilantik.
Berbaju batik, Musliar, yang sebelumnya Rektor Universitas Andalas, Padang, sekitar dua jam menemui Presiden. Saat hendak meninggalkan Cikeas, dia menyempatkan diri menemui wartawan yang tengah menantinya. "Beliau sampaikan di Kementerian Pendidikan Nasional ada dua wakil menteri, satu wakil bidang pendidikan dan satu kebudayaan," kata Musliar, yang diplot menjadi salah seorang Wakil Menteri Pendidikan.
Sejumlah wakil menteri menjalani prosesi serupa. Tradisi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memanggil calon menteri dan wakil menteri digelar sejak Kamis lalu sampai kemarin. Cara ini diterapkan sejak Yudhoyono menyusun dan merombak Kabinet Indonesia Bersatu Jilid I.
Presiden mengatakan tak semua menteri yang dipanggil ke Cikeas bakal dicopot. Begitu pula menteri yang tidak diundang, bukan berarti aman dari reshuffle. "Menteri ada yang saya panggil tidak semuanya terkait dengan reshuffle. Jangan dibilang Pak Marty ke sini kena reshuffle," ucap Presiden setelah menerima Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Prosesi memanggil calon menteri belum selesai. Menurut juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha, agenda pemanggilan calon menteri kemarin ditiadakan. Rencananya dilanjutkan hari ini. "Besok lagi, ya," kata Julian.
Drama mencopot dan mengangkat menteri di Cikeas telah menjadi bagian dari gaya kepemimpinan Yudhoyono. Bekas Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Saifullah Yusuf menilai reshuffle kali ini paling dramatis. "Waktu saya jadi menteri, dua kali reshuffle. Saat itu tegang, tapi tak sedahsyat sekarang," ujar Gus Ipul, panggilan Saifullah, yang kini Wakil Gubernur Jawa Timur, kemarin.
Ia mengisahkan prosesi reshuffle babak pertama pada 2005. Saat itu, kata dia, semua menteri tegang, termasuk dirinya. Sebab, sampai detik penentuan tak ada satu pun informasi dari Presiden siapa saja menteri yang dicopot. Saifullah tetap sebagai menteri.
Reshuffle babak kedua pada 2007, Saifullah dicoret dari jajaran kabinet. Ia mengaku tidak lagi memiliki dukungan politik dari Partai Kebangkitan Bangsa. "Baik yang pertama maupun kedua sama-sama tegang, tapi ketegangan hanya dirasakan di internal menteri. Bumbu-bumbu dari luar tidak sederas saat ini," katanya.
Proses penghentiannya sebagai menteri, Saifullah melanjutkan, hanya melalui surat, tanpa perlu tatap muka dengan Presiden. Surat reshuffle berisi ucapan terima kasih dari Presiden.
MUNAWWAROH | FATKHURROHMAN TAUFIQ