TEMPO Interaktif, Jakarta - Ahmad Yosepa Hayat, pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Kepunton, Solo, menurut polisi adalah anggota Jamaah Anshorut Tauhid (JAT). Bahkan, "Dia (Hayat) didoktrinasi secara langsung oleh ABB (Abu Bakar Ba'asyir)," kata Kepala Bidang Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Ketut Yoga Ana, di kantornya, Selasa, 27 September 2011.
Namun, Yoga mengaku belum mengetahui secara pasti mulai kapan keterlibatan Hayat dalam kelompok JAT. Menurut dia, proses radikalisasi semakin matang setelah ia dibaiat secara langsung oleh Abu Bakar Ba'asyir, kini terpidana 15 tahun kasus terorisme di Aceh. "Dia (Hayat) termasuk orang yang punya kemampuan merakit bom," kata dia.
Namun, pernyataan itu langsung dibantah oleh juru bicara Jamaah Anshorut Tauhid, Sonhadi. Menurut dia, Hayat bukanlah anggota JAT. "Kami sudah mengecek data anggota kami. Nama itu (Ahmad Yosepa Hayat) tidak ada," kata dia. "Anggota kami di Cirebon pun tidak mengenal dia." Karena itu, Iskandar merasa heran dengan tudingan polisi tersebut.
Ahad, 25 September 2011 lalu, aksi bom bunuh diri kembali terjadi. Bom meledak di Gereja Bethel Injil Sepenuh di Kepunton, Solo, Jawa Tengah. Bom tersebut menewaskan pelaku yakni Hayat dan melukai 27 jemaat yang baru mengikuti Kebaktian Minggu.
Sebelum aksi peledakan tersebut, polisi menduga pelaku sempat mendatangi sebuah Warung Internet. Itu dibuktikan dengan temuan dua lembar kuitansi di Warung Internet "Solonet" yang ditemukan dalam tas korban. Barang bukti lain yang ditemukan di antaranya tas punggung, sarung, dan kitab suci Al-Qur'an.
Tidak hanya itu. Di dalam tasnya, Yosepa juga diketahui membawa sejumlah alat perawatan tubuh. Seperti sisir, botol minyak wangi, cermin, gunting kuku, masker, balsem sampai cermin. Sementara di sekitar jasadnya dengan perut terburai, polisi juga menemukan baterai kotak sembilan volt dan saklar on-off yang diduga digunakan sebagai pemicu ledakan bom.
RIKY FERDIANTO | TRI SUHARMAN