TEMPO Interaktif, DEPOK - Menteri Pendidikan Muhammad Nuh akhirnya menyerahkan kemelut internal antarelit Universitas Indonesia ke internal kampus mereka. Penegasan ini disampaikan Nuh usai menghadiri pembukaan Polar Norwey Exhibition, di gedung terapung Perpustakaan UI, Senin, 26 September 2011
"Kami sudah sepakat dengan berbagai komponen beberapa minggu yang lalu jika persoalan di UI ini harus diselesaikan secara internal," kata M. Nuh
Baca Juga:
Dikatakan Nuh, pihaknya memberikan kesempatan kepada internal UI, karena kampus tersebut mempunyai posisi otonom. "Apalagi di UI orang-orangnya sudah berpengalaman dan pintar-pintar," ujarnya. "Saya juga melihat sudah ada tanda-tanda penyelesaian."
Namun demikian, kata Nuh, selama dalam penyelesaian permasalahan tersebut, jangan sampai mengganggu proses belajar-mengajar "Saya tekankan agar proses belajar mengajar, pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi tidak boleh terganggu."
Nuh juga meminta agar semua pihak menahan diri, dan tidak ada kegiatan memprovokasi. "Jadi proses belajar tidak terganggu," katanya
Ditanya mengenai masih banyaknya aksi dari mahasiswa terkait kisruh UI, Nuh berpesan agar mahasiswa menyampaikan aspirasinya dengan cara yang santun. "Kan ada Rektor, Dekan dan Kajur. Bisa dibicarakan dengan baik-baik. Sampaikan juga kepada mahasiswa, apa sih yang mereka cari, wong untuk sekolah," tandasnya
Sementara itu, Rektor UI, Gumilar Rosliwa Soemantri, tidak mau berkomentar mengenai kekisruhan di kampus yang dipimpinnya itu. "Saya tidak mau berkomentar ya. Kita bicarakan saja masalah yang lain sambil ngopi-ngopi," kata Gumilar kepada wartawan
Kisruh tata kelola UI mencuat semenjak penganugerahan Doktor Honoris Causa kepada Raja Abdullah dari Arab Saudi pada 21 Agustus. Masyarakat dan civitas akademika menilai UI tak sensitif melihat permasalahan bangsa, karena masih banyaknya TKI yang diperlakukan tidak manusiawi oleh Saudi.
Semenjak itu, menggeloralah gelombang penyelamatan UI. Momen penganugerahan tersebut dijadikan titik mempertanyakan kepemimpinan Gumilar
ANGGA SUKMA WIJAYA