TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Presiden Boediono berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di kawasan Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin 26 September 2011. Wapres sempat berbincang dengan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj sekitar 1 jam 30 menit.
Menurut Boediono, kedatangannya ke kantor PBNU kali ini untuk membahas sejumlah permasalahan yang dihadapi negara, baik soal kemiskinan, pendidikan, sampai soal kesejahteraan rakyat. Keduanya juga membahas soal aksi bom bunuh diri yang terjadi Ahad kemarin di Solo, Jawa Tengah.
"Ini kaitannya juga untuk mengurangi risiko-risiko radikalisme. NU bersama pemerintah tentu akan bersama-sama mencari upaya yang lebih baik lagi," kata Boediono dalam konferensi persnya seusai pertemuan tersebut.
Boediono mengatakan banyak cara yang bisa dilakukan pemerintah dengan organisasi masyarakat (ormas) seperti PBNU dalam mengurangi risiko atas permasalahan yang terjadi di masyarakat. Di antaranya dengan menerapkan program-program sosial yang menyangkut peningkatan kesejahteraan rakyat.
"Ini tentu masih dalam pembahasan, tapi niatnya untuk pecahkan kemiskinan, masalah kurang gizi, dan pendidikan yang belum merata. Ini tidak bisa hanya (dilakukan) oleh pemerintah, tapi harus merangkul, bekerja sama dengan ormas-ormas jaringan yang sangat luas," kata dia. "Program sosial ini kami bahas, apa yang ke depan bisa kami lakukan bersama."
Ketua PBNU Said Aqil menegaskan, selama pemerintah berjalan sesuai dengan konstitusi, ormas yang dipimpinnya akan bersama pemerintah mendukung kesejahteraan masyarakat. Masalah-masalah seperti pemberantasan terorisme, penanggulangan kemiskinan, bukanlah tugas satu kelompok atau satu departemen kementerian saja, tapi harus menjadi kepedulian semua pihak.
"Kalau pemerintah ada hal-hal yang kami anggap kurang pro-rakyat, akan kami beri masukan, kritikan, atau rekomendasi dengan bahasa NU yang santun, yang cool, tidak menggunakan bahasa-bahasa yang hot-lah," kata dia.
MUNAWWAROH