TEMPO Interaktif, Kupang - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya, menyatakan untuk mengantisipasi ancaman rawan pangan yang melanda daerahnya, Kementerian Sosial telah mengalokasikan bantuan 2.895 ton beras. ”Proses pengirimannya saat ini sedang diurus di Kementerian Sosial,” ujar Frans kepada wartawan di Kupang, Kamis, 15 September 2011.
Menurut Frans, dia telah mendapatkan kepastian dari Menteri Sosial, Salim Jufri Assegaf, tentang jatah beras untuk NTT tersebut. Sebanyak 1.360 ton langsung dikirim ke seluruh kabupaten dan kota di NTT yang terancam rawan pangan. Sedangkan sisanya, 1.335 ton akan dijadikan cadangan pangan jangka menengah.
Ihwal pendistribusian beras, gubernur menerapkan kebijakan yang disebutnya sebagai padat karya pangan. Meski menderita kekurangan pangan, gubernur tidak ingin warganya hanya bisa menengadahkan tangan atau malas tanpa mau bekerja menggarap lahannya.
Meskipun saat ini hampir seluruh lahan di NTT dilanda kekeringan, masyarakat harus dibiasakan untuk memahami diversifikasi pola tanam. Lahan yang ada tidak dipaksakan untuk ditanami beras melainkan bisa ditanami berbagai jenis tanaman palawija yang tidak membutuhkan banyak air.
Itu sebabnya Gubernur Frans Lebu Raya mengingatkan para bupati dan walikota tidak mudah membagikan beras kepada warganya. ”Bantuan beras hanya boleh diberikan kepada warga yang tetap mau menggarap lahannya,” ujarnya.
Perubahan pola tanam harus terus menerus diajarkan kepada masyarakat NTT. Hampir seluruh wilayah di provinsi ini terdiri dari tanah kering sehingga tidak memungkinkan menggantungkan kebutuhan pangan semata-mata dari beras.
Berdasarkan hasil survey dan analisa Badan Ketahanan Pangan NTT yang diperoleh Tempo, saat ini terdapat 30.620 kepala keluarga (KK) atau 91.306 jiwa terindikasi beresiko tnggi mengalami rawan pangan. Mereka tersebar di 10 kabupaten dan kota, yakni Kabupaten Alor, Kupang, Timor Tengah Utara, Sumba Timur, Ngada, Flores Timur, lembata, Belu, Nagekeo dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Rawan pangan yang melanda NTT disebabkan musim kemarau yang berpanjangan. Para petani tidak bisa menanami lahannya dengan padi. Di sejumlah daerah, padi yang telah ditanam mengalami puso atau gagal panen.
Sejumlah daerah di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan, mengkonsumsi biji asam, dan putak (makan untuk hewan).
YOHANES SEO