TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin prihatin melihat perkembangan korupsi yang tak hanya terjadi di lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, hingga lingkaran terdekat pemegang kekuasaan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pernyataannya ini merujuk kasus Muhammad Nazaruddin, bekas Bendahara Umum Partai Demokrat termasuk beberapa nama yang diseretnya. "Ini akan seperti bom waktu. Hal-hal seperti ini harus dituntaskan oleh Presiden SBY," kata dia di kantornya, Menteng Raya, Jakarta, Jumat 29 Juli 2011.
Menurut Din, tingkat korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat kronis hingga nyaris tidak bisa disembuhkan. Dan akan semakin kronis jika cara pendekatan yang dilakukan masih sama seperti yang dilakukan SBY saat ini yakni dengan pengabaian, pembiaran, dan seringnya hanya melalui kata-kata tanpa realisasi tindakan kongkret.
"Atau hanya dengan perintah tangkap tapi tidak ada realisasi, bahkan dengan ucapan-ucapan lemah lembut, kembalilah pulang wahai Nazaruddin, kembalilah. Itu tidak akan menyelesaikan masalah. Kalau berlarut gaya atau watak kepemimpinan SBY seperti itu, ini akan membuat korupsi merajalela, karena itu terjadi di lingkaran dekatnya," kata dia.
Din berharap pemberantasan korupsi ini tak menjadi warisan yang diberikan kepada pemerintahan mendatang. Selayaknya kasus-kasus korupsi dituntaskan oleh pemerintah sekarang.
"Sebagai panglima tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini ia seharusnya melakukan big bang, ledakan dasyat. Umpamanya, ada indikasi apalagi bukti kuat, apalagi menyangkut pembantunya, ganti, pecat," ujarnya.
"Jangan sampai big bang-nya tidak dilakukan pemerintah atau presiden, karena nantinya big bang-nya dari rakyat. Itu yang berbahaya dan tidak positif bagi kehidupan bangsa di masa mendatang,"ujarnya.
Ia menilai, pemerintah sekarang ini mutlak perlu melakukan perubahan mendasar. "Jika tidak ada perubahan mendasar, saya kira tiga tahun tersisa ini akan lebih buruk dan ini tidak baik bagi Presiden SBY sendiri,"kata dia.
MUNAWWAROH