TEMPO Interaktif, Jakarta - Jika sebelumnya teroris sering mengincar target yang dianggap representasi "Barat", kini target domestik lebih kerap jadi sasaran. Target domestik dinilai musuh yang lebih mudah dijangkau.
"Targetnya negara, tapi yang gampang terjangkau polisi, misalnya kantor polisi sektor. Mereka (teroris) menganggap polisi sering mengusik," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai seusai mengikuti Forum Peran Media Massa dalam Pengelolaan Masalah Nasional di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Selasa, 26 Juli 2011.
Selain memenuhi pemahaman mereka tentang jihad, menurut Ansyaad, teroris juga menyerang polisi untuk mendapatkan senjata. Ia mengakui, terorisme terjadi karena fundamentalisme yang muncul akibat ketidakpuasan terhadap pemerintah.
Namun, fundamentalisme tak cuma muncul di Indonesia, tetapi ada di semua negara. Termasuk Norwegia yang baru dilanda tragedi pemboman di Oslo dan penembakan di Pulau Utoeya. Pelakunya diduga merupakan fundamentalis sayap kanan negara Skandinavia itu.
Oleh sebab itu, kata Ansyaad, pemerintah mengikutsertakan semua unsur masyarakat untuk menghalau terorisme. Termasuk di antaranya ialah tentara, polisi, dan intelijennya, ulama, serta organisasi masyarakat sipil.
BUNGA MANGGIASIH