TEMPO Interaktif, Bandung - Kodam Siliwangi membantah anggapan kalau pendidikan bela negara bagi siswa baru SMA dan SMK di Bandung sebagai latihan militer. "Disiplin itu bukan militerisasi, " kata Kepala Penerangan Komando Daerah Militer III Siliwangi Kolonel Benny Effendy kepada Tempo, Kamis, 14 Juli 2011. "Lagian para siswa itu tidak diajari menembak."
Seperti diketahui bahwa saat ini di Bandung, seluruh siswa baru SMA dan SMK diwajibkan mengikuti pelatihan bela negara. Pelatihan itu dilakukan di sejumlah lokasi di Kodam III Siliwangi. Pelatihan bela negara ini menuai protes Forum Komunikasi Komite Sekolah Menengah Atas serta Kejuruan Negeri di Kota Bandung. Ketua Forum Muhammad Husni Thamrin mengatakan bahwa mereka akan menyampaikan surat penolakan pelatihan ke Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Alasannya karena ada mobilisasi siswa, biaya pelatihan Rp 175 ribu dianggap memberatkan orang tua dan keputusan diambil tanpa melibatkan komite sekolah. Salah seorang pengurus komite sekolah, Erwin, mengatakan pelatihan bela negara di tempat militer itu terkesan militerisasi. Pelatihan itu telah dimulai bergiliran per sekolah sejak kemarin.
Menurut Benny, Kodam III Siliwangi sudah sering bekerja sama dengan sejumlah sekolah yang mengadakan pelatihan kepemimpinan. Materi yang diajarkan tentang kepemimpinan, antara lain latihan baris-berbaris dan kepemimpinan secara bergantian. Selama ini, usulan datang dari sekolah. “Mereka mengajukan peminjaman tempat latihan,” ujarnya.
Biaya penyewaan tempat itu nihil. Biasanya, kata Benny, sekolah membayar untuk kebersihan dan pemeliharaan tempat tidur. Namun, ia kurang tahu berapa angkanya. Barak tentara yang biasa dipakai pelajar, kata Benny, yaitu di Cikole, Lembang, dan Sekolah Calon Bintara di Bihbul, Ujung Berung. “Di kedua tempat itu, masing-masing bisa menampung 500 orang,” katanya.
ANWAR SISWADI